00. Prolog

2.7K 148 12
                                    

-
___

Serupa perahu kertas yang di biarkan berlayar di atas aliran sungai, belum sampai tujuan sudah hancur, lebur di telan derasnya aliran.
Bukan perahunya yang lemah, cuma lingkungannya yang terlalu kejam.

___
-

Waktu itu, waktu masih umur delapan, Leo kecil duduk di taman belakang rumah dekat kolam renang, ruam ruam kebiruan menghiasi sekitaran lengan, bola matanya juga sibuk menahan genangan yang hampir terjun. Sesekali anak itu menghirup lagi cairan ingus yang mau keluar dari hidungnya, Leo kecil menangis sendirian.

Pakaiannya basah, rambutnya basah, tapi dia masih belum bisa meraungkan sedihnya. Sampai derap langkah kaki itu menghampiri dengan tergesa.

Langkah kaki yang mendekat berhasil membuat bibir pucat Leo mencebik kebawah, menatap rupa sosok yang sedikit lebih tua dengan segala resah yang hampir di keluarkan, Leo kecil meluruhkan bahu begitu abangnya sedikit lagi ada dalam jangkauan.

"Abang.." baru tangisnya pecah, baru dia mengulurkan tangan untuk mendapat rengkuhan.

Sagara -abangnya- balas beri dekapan tanpa banyak tanya, tanpa menuntut penjelasan, dia menenangkan adiknya yang masih risau.
Tepukan-tepukan kecil mampir di punggung Leo, memberi lebih banyak afeksi supaya adiknya membaik, supaya raungnya berhenti, supaya rengekannya tidak di keluarkan lagi. Baru Sagara bisa bertanya, mau berbicara banyak hal, tentang kenapa dan bagaimana adiknya sekarang.

Sedikit pelukan di longgarkan, Leo mencengkram kaus seragam sekolah abangnya, tapi Sagara berikan senyuman, sepasang netra coklatnya mengatakan kalau dia tidak akang menghilang.

"Abang disini, duduk depan Leo doang, nggak akan pergi." Begitu, sambil memberi paham bahwa atensi sulung akan sepenuhnya memperhatikan si bungsu.
"Kenapa, mau bilang nggak sama Abang?"

Leo kecil menggeleng, rautnya menunjukan takut. Sagara di buat kesal begitu adiknya memutus tatapan, dia memilih menundukkan kepala tidak mau melihat kakaknya.

Kalau begini, Sagara jelas tau adiknya tengah ragu.

"Ini kenapa biru-biru?" Tapi sulung masih melanjutkan, meski adiknya tetap bungkam dengan cengkraman di pakaian kakaknya yang semakin mengeras.
"Kalo Leo diam aja, Abang nggak akan tau." Geram, tapi Sagara mana bisa marah.

"Di marahi."

"Di marahi, sama siapa, ayah?"

Leo kecil menggeleng pelan.

"Terus siapa?"

Si sulung tampaknya tidak sabar.

"Papa-" bibirnya gemetar, Sagara yang sadar adiknya kembali pada mode awal -menangis kencang- membawa lengan untuk bersandar di pucuk kepala adiknya.

Ditariknya lagi dalam rengkuhan, dengan berbagai kata menenangkan supaya adiknya mau diam.

Meski tangan Sagara mengepal, meski rahangnya mengatup kuat tanda kesal. Sagara masih berusaha menahan.

"Papa kesini sama siapa?"

Leo diam, tidak menggubris ketika tangan-tangan kecilnya sibuk mengusapi mata.

Satu hari lagi (Ft. 00l Nct Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang