22. Sempurna.

333 37 1
                                    

"udah gua bilang, gua bakal lakuin apapun supaya lo bisa bahagia."

___________________

Bising. Satu kata yang mendominasi pekarangan belakang rumah Sagara, bentuknya sudah tidak tertata dengan sempurna, sobekan sampah bahkan noda bumbu makanan berserakan, biarlah itu urusan nanti, yang terpenting bagi mereka saat ini adalah kue dengan dekorasi abstrak sudah siap di hidangkan.

Senyum Sagara melebar, menepuk bangga punggung Haksara yang meringis di buatnya, berani sumpah tepukan Sagara penuh tenaga.

Semua ini ide sederhana yang Sagara punya sepulang sekolah tadi, sadar adiknya tengah sibuk dengan persiapan ujian lisannya, sampai melewatkan hari pentingnya sendiri, Sagara diam-diam meminta sohibnya ini untuk datang membantunya membuat kejutan kecil untuk adiknya.

Meskipun bentuk hiasan cukup berantakan, tapi Sagara percaya diri kalau kue yang di buatnya sangat layak dimakan.

"Telpon Isa, kapan balik." Suruhnya pada Haksara yang sibuk mengunyah sisa potongan kue.

"Udah di depan anjir! Cok rapihin, rapihin!"

Baru mau mengeluarkan ponsel, urung sebab deru mesin yang Sagara kenali terdengar dari depan rumahnya.

Kepalang panik, mereka ribut merapikan kekacauan yang mereka buat, cepat-cepat sampai suara meringis terdengar ketika entah siapa tersandung sesuatu.

Tidak heran, dua orang itu memang cukup ceroboh.

"Leo pulang—"

Prang..

Leo yang memasuki kediamannya bersama Isa di buat terkejut dengan suara bantingan cukup kencang dari arah belakang, di susul dengan suara gedebug parah, entah apa yang baru saja jatuh menimpa rumahnya.

Buru-buru berlari menuju sumber kebisingan, sementara Isa yang jelas mengetahui rencana kedua temannya itu cuma mengekor sambil geleng kepala.

Sulit memang memberi Sagara dan Haksara percaya.

"Abang! Lo ngapain?!"

Pekik lantang Leo mendominasi seisi rumah.

Disana dia bisa melihat kakaknya yang terbaring tengkurap dengan wajah cemong penuh krim warna warni, wajahnya meringis kesakitan, sementara Haksara justru menatapnya sambil cekikikan.

"Berantakan banget, lo berdua ngapain sih?!" Urat-urat kemarahan timbul di sisi kening Leonandra, dia mendekat membantu kakaknya yang mungkin asal dari suara gedebug tadi, kemudian memberi pukulan cukup kencang di bahunya.
"Mau di amuk ibu?!"

Sagara terkekeh pelan, dia usak gemas surai adiknya yang masih memandang tajam dirinya.

"Abang cuma bikin ini, lihat." Di raihnya kue di atas meja, kemudian di sodorkan kehadapan adiknya.
"Adik gua ini sibuk terus, balik sekolah dekem di kamar, gua kagak di peduliin lagi, sampe tanggal lahirnya sendiri lupa."

Baru saat itu bola mata Leo melebar, dia benar benar lupa tentang harinya yang rupanya sudah tiba.

"Liat, kocak bener ada orang lupa ultah sendiri, abangnya sibuk buat kejutan malah di gebuk, sakit." Ocehan yang di selipkan nada jenaka membuat Leo meringis kemudian mulai melebarkan senyuman.

Satu hari lagi (Ft. 00l Nct Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang