-
___Sesekali lihat kedepan waktu kamu jatuh dan merasa sendirian, sebab masih ada banyak uluran tangan yang siap membantumu kembali berjalan.
___
-
Malam itu di bawah pantulan cahaya rembulan, mereka kepalang ribut, suara bantingan dan beberapa alat dapur yang di lempar sana-sini membuat Leo serasa ingin mati.
Kesal sekali, tapi begitu dia ingin menyela, bergabung di antara orang-orang bodoh yang sama sekali tidak mengerti caranya menghidupkan arang untuk daging panggang, Leo justru mendapat bentakan, kalimat penuh perintah yang memaksa Leo untuk diam.
Kalo kata Sagara, malam ini ya untuk menyenangkan Leo, sebab itu dia tidak di perbolehkan turun tangan.
"Itu salah bego!" Kepalang kesal, bagaimana dia bisa diam memperhatikan kalau tiga orang disana bahkan memasukan kepala sapi ke dalam panggangan.
"Lagian kepala sapi buat apa sih!" Leo sungut-sungut, setelah memukul tiga orang lain dengan gagang sapu, akhirnya dia ikut turun tangan juga untuk membantu."Buat kaldu-"
Tapi Haksara yang menjawab dengan raut tanpa rasa bersalah buat Leo lagi-lagi merasa kepalanya akan pecah.
"INI DI PANGGANG BUKAN DI SOP, NGGAK BUTUH KALDU!"
Kalau sudah begini tidak ada lagi yang berani membantah.
Aura Leo penuh hunus mematikan soalnya.
Pada akhirnya, tetap Leo juga yang memimpin acara makan malam mereka, sementara yang lain sibuk membersihkan halaman belakang, menata meja kecil untuk di letakan di atas rumput kecil, dengan beberapa makanan ringan lain di atasnya, gelas gelas minuman, dan nasi sebagai pelengkap terakhir. Permintaan Haksara, katanya orang Indonesia kalau makan harus ada nasi, biar pol.
Di lihat adiknya yang sibuk misuh-misuh sambil memotong daging meski sesekali amarahnya keluar, entah itu sebab Haksara yang tidak sengaja tersandung kabel kipas angin, atau Isa yang menumpahkan saus bumbu sekaligus, buat arangnya justru padam.
Setidaknya Sagara bisa melihat kalau adiknya jauh lebih baik dari sebelumnya.
Dia bawa gitar coklat milik Leo yang tadi di curinya dari dalam kamar si bungsu, duduk di sisi meja sambil memangku gitar itu, jari-jarinya lihai bermain di atas senar, Isa yang sibuk membuat saus baru saja terpancing untuk fokuskan pandangan pada Sagara yang mengukir senyuman dengan sepasang netra tidak lepas dari bahu si bungsu."Selamat malam, para hadirin sekalian-" rupanya sulung sedang ingin bermain peran.
"Di bawah rembulan, saya mau menyampaikan kalimat hasil kemenangan untuk saudara saya yang selalu merasa gagal dalam pertarungan."Haksara yang baru datang dengan semangkuk es batu justru mendengus geli melihatnya.
"Nyanyi tinggal nyanyi, Heri, ngapain sambutan segala!""Anjing, itu bokap gue!"
Hancur sudah bayangannya, Sagara tinggalkan sejenak gitar coklat di sisi meja, lantas beralih membawa tungkainya bergerak mengejar Haksara yang memekik pasrah.
"Iya-iya sorry, Heri!"
"Jangan di sebut lagi!" Emosinya semakin menguar di tambah Haksara yang justru tertawa menyebalkan, Sagara tidak akan menyerah mengejarnya sebelum dia berhasil menumbangkan teman kurang ajarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu hari lagi (Ft. 00l Nct Dream)
Fanfiction[Nomin - Brothership] "Kita itu sama, sama-sama di hancurkan oleh harapan, kamu yang berharap ke bebasan, aku yang berharap kamu bisa untuk terbang." Karna kamu adalah semestanya, yang dia genggam dalam kerapuhan, yang dia dekap di penghujung malam...