Tak mau berpikir lama, Yash mengambil baju itu kemudian mengenakannya. Dia mengedarkan pandangan berusaha mencari si pemilik rumah.
Kepala masih berdenyut merasakan sakitnya penyebab dari alkohol. Tak terasa tangannya mengepal, merasa sangat kesal karena apa yang terjadi padanya kemarin malam.
"Begal sialan!" umpatnya.
Tak mau menggubris sakit kepalanya, dia pun memaksakan diri untuk melangkahkan kaki menuju sumber suara.
Terdengar samar-samar isak tangis dari kamar yang tak jauh dari ruang tengah, tempat Yash berdiri. Melangkah dengan perlahan, tapi tak menemukan siapa-siapa. Apa mungkin si pemilik rumah tinggal sendirian?
Namun, saat Yash hendak melangkah mendekati ke arah suara yang semakin jelas, tiba-tiba saja netra menuntunnya melihat sebuah foto perempuan yang sedang tersenyum lebar.
Sangat cantik dengan gigi ginsul di sebelah kiri. Tak mau melihat lebih lama, Yash pun kembali melangkahkan kakinya yang sempat tertunda. Masih dengan pikiran awalnya. Apa mungkin dia melakukan hal di luar nalar? Sama sekali dia tak mengingat itu semua.
Kaki Yash menendang udara karena merasa sangat kesal kepada dirinya. Dia tak mengingat apa-apa. Terakhir yang diingatnya adalah pembegalan yang membuatnya mendapat beberapa bugeman dari si pelaku yang menjadikannya tak sadarkan diri. Itu semua pun tak begitu jelas diingatannya.
Akan tetapi, Yash mengingat bahwa dia bermimpi bertemu dengan kekasihnya--Clara. Ya, dia bermimpi sedang bercinta dengan Clara. Ternyata itu hanya ilusinya. Orang yang dikiranya Clara adalah orang lain. Sangat ceroboh.
Yash termenung beberapa detik dan kini dia sudah berada di ambang pintu di kamar bernuansa pink dengan beberapa hiasan yang tertata rapi di sana. Matanya terus meneliti seisi ruangan hingga berhenti pada seorang wanita yang tak lain adalah Ananya.
Rambut Ananya berantakan. Tangannya dia jadikan sebagai penopang wajahnya. Badannya bergetar, dia sedang menangis. Jika dipikir-pikir oleh Yash, apa mungkin ini ulahnya atau ini semua jebakan dari beberapa saingannya?
Tak khayal kalau Yash banyak saingan apalagi dia adalah pengusaha sukses yang sedang naik daun. Pasti ada beberapa orang yang tak bertanggungjawab melakukan skenario agar dia terjatuh dan terhina.
Matanya kini masih menatap Ananya yang tubuhnya terlilit oleh selimut putih. Saat dia ingin masuk ke kamar, tiba-tiba mata Ananya memincing hingga membuat mereka saling berkontak mata.
Sangat jelas sekali dilihat oleh Yash bahwa mata Ananya bengkak sehingga membuat Yash berpikir bahwa wanita itu menangis semalaman. Pipi wanita itu basah, menandakan bahwa dia memang menangis.
Yash kembali berpikir sembari menatap wajah Ananya yang sedu dan memperihatinkan.
'Jika dipandang lebih dalam, wanita itu terlihat polos. Akan tetapi, bisa saja itu hanya topeng,' pikir Yash.
Yash yang sadar akan tatapan itu berusaha menghindar. Matanya dia alihkan menatap beberapa bunga di dekat jendela kamar yang memberikan nuansa asri di kamar itu. Terlihat sejuk jika dilihat.
"Berapa yang harus kubayar atas semua itu?" tanya Yash dengan gaya arogannya.
Ananya teranganga, dia terkejut atas ucapan pria yang berdiri di hapadannya sekarang. Bagaimana mungkin ada manusia seperti dia yang mengukur semuanya dari segi uang?
Memang dia adalah orang sederhana yang butuh uang, tetapi harga dirinya lebih berharga dari apapun di dunia ini.
Yash yang sadar akan keterkejutan dari Ananya hanya cuek, dia beralih melangkah mendekat ke jendela kamar dengan cara jalannya yang terlihat sombong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
RandomKisah ini berawal pada kejadian yang tak akan Ananya lupakan. Niatnya menolong orang berakhir pada pemerkosaan dan pengambilan mahkota berharganya. Bukannya mendapat pertanggungjawaban dari si pemerkosa, dia malah dituduh yang tidak-tidak. Belum la...