23

228 9 0
                                    

Ananya sudah kenyang dengan makanan yang dia makan. Tak terasa sendawa dia ciptakan dengan suara yang cukup besar. Refleks saja tangan kanannya menutup mulut dengan mata yang terlotot.

"Sudah kenyang?" tanya Yash dengan terkekeh.

"Iya." Angguk Ananya mengiyakan pertanyaan dari Yash.

"Kita pulang? Pasti kau lelah."

"Baiklah. Kita pulang saja. Ini juga sudah cukup malam."

Ananya berdiri dengan diikuti oleh Yash. Mereka jalan bergandengan melewati lorongan yang dipenuhi oleh para pelanggan restaurant itu.

Namun, tiba-tiba saja seorang wanita tak sengaja menabrak Ananya sehingga membuat mereka hampir jatuh.

"Kalau jalan itu lihat-li---"

Ucapan wanita itu terpotong kala melihat Yash tengah berdiri di hadapannya. Tak tahu malu dia menghamburkan pelukannya kepada Yash yang tentu mendapat keterkejutan dari sang empu.

"Yash? Apakah ini kau?" tanya wanita itu, masih dengan posisinya--pelukan.

Ananya melepaskan gandengan tangan. Dia memalingkan wajah. Enggan menatap wanita asing tersebut memeluk suaminya. Marah, tapi tak bisa. Lebih ke arah cemburu. Ya, dia cemburu.

Siapa yang tidak cemburu jika suami sah kita dipeluk oleh wanita asing? Sangat menyebalkan bukan? Sama halnya dengan Ananya saat itu.

"Aku rindu kau, Yash." Wanita itu masih bercakap dengan pelukan yang belum terlepas.

Yash melirik Ananya yang sedang berdeham dengan posisi bersedekap dada membelakanginya.

Menyadari bahwa istrinya itu sedang cemburu langsung berusaha melepaskan pelukan sehingga membuat wanita itu tertegun.

"Yash? Mengapa kau seperti ini? Apakah kau tidak merindukanku?"

Tatapan sendu mampu membuat Yash berpikir sejenak siapa wanita itu. Tidak asing sekali fostur tubuh dan wajah, apalagi suaranya.

"Clara?"

"Ya, ini aku."

Wanita yang bernama Clara itu mengangguk dengan senyuman. Ternyata mantannya itu masih mengenalnya. Ada harapan, pikirnya.

Ananya sontak melihat wajah Clara dengan intens. Ternyata dia lah orang yang berhasil mendapatkan peluang di hati Yash--suaminya. Wajah itu mirip sekali dengan foto yang ada di lorong lantai tiga mansion Yash.

Ya, memang di foto itu adalah Clara dengan terbalutkan pakaian mewah yang elegan lekat di tubuhnya. Setelah termenung cukup lama, entahmengapa sebuah ketidakpercayaan diri menghinggap di benak.

Ada benar ucapan Yash tempo lalu yang menyebutkan bahwa Ananya tak selevel dengan Clara. Memang sangat berbeda dari bentuk penampilan dan bentuk tubuh.

"Aku telah kembali, Yash. Untukmu," lirih Clara dengan air mata buayanya.

Saat Clara ingin memeluk Yash kembali. Yash dengan sigap menahannya, lalu menarik Ananya dalam pelukan.

"Jangan memelukku seperti itu, istriku pasti akan sangat kecewa."

Ananya mematung dengan tingkah Yash yang tiba-tiba, tapi dia bahagia bahwa Yash masih memedulikan kehadirannya di sana.

Clara melirik Ananya dengan tatapan tajam. Dia sangat tak suka akan kehadiran Ananya yang sangat mengganggu hubungannya bersama Yash.

Sebuah decihan keluar dari mulut Clara. "Cih, ini istrimu itu? Sangat tidak ada bandingannya jika denganku."

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang