28

258 10 4
                                    

Ananya membawa Gabby menuju tumpukkan pupuk dan tanah yang akan digunakan. Bukan hanya itu saja, terdapat beberapa pot bunga dan polybag beserta alat penyiram tanaman.

Tidak menunggu lagi, Ananya langsung bergelut dengan benda-benda tersebut bersama Gabby. Mempraktikkan dengan serius, sebaliknya Gabby melihat Ananya dengan saksama.

Yash yang juga berada di sana tak luput dari pemandangan semacam itu. Terlihat Yash beberapa kali tersenyum lebar. Maid yang berada di sana saling melirik ke arah Yash dengan tatapan aneh.

Tak jarang mereka berbisik-bisik membahas hal itu, tetapi sama sekali tak di gubris oleh Yash. Dia hanya fokus pada Ananya yang terlihat sesekali tertawa kecil.

"Tuan, makan siang sudah siap."

Yash berpaling menatap pemimpin para maid di sana. "Memangnya sekarang sudah pukul berapa?" tanyanya.

"Sudah pukul 11.45, Tuan."

Saking asyiknya, Yash tak menyadari bahwa kini jam telah menunjukkan pukul 11.45 siang. Beranjak dari tempat duduk, Yash melangkah mendekati Ananya dan Gabby.

"Ananya," panggil Yash.

Si pemilik nama pun menoleh ke arah orang yang memanggil namanya, begitu juga Gabby yang terlihat berantakan dengan pakaian kotor karena tanah.

Ananya yang berjongkok kini berdiri dengan menyeka air keringat. Terlihat memang keringat mengalir pada kening Ananya. Namun, tak disengaja tanah yang berada di tangan Ananya juga ikut tercoret pada kening sang empu.

Yash yang melihatnya tak tinggal diam, dia mengusap hingga mendapat keterkejutan dari Ananya. Akan tetapi, tak mengelak Ananya hanya berdiam hingga Yash sudah membersihkan bekas tanah itu.

"Ini sudah siang. Sebaiknya kita makan, kau juga tidak boleh kecapekan. Ingat, janinmu saat ini lemah dan butuh istirahat yang banyak," tutur Yash.

Ananya mengangguk, matanya kini beralih menatap Gabby yang juga berdiri di sampingnya dengan mengadahkan kepala.

"Cukup sampai di sini. Gabby, sudah paham 'kan?"

"Sudah, Bibi. Aku sudah banyak tahu, terima kasih."

Ananya tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Sekarang kita membersihkan diri, setelah itu makan. Pasti Gabby lapar.  Ya, kan?"

Gabby mengangguk mengiyakan pertanyaan Ananya karena memang ini waktunya makan siang, tentu dia lapar.

Ananya memegang tangan Gabby, membawa anak kecil itu ke sebuah kran air untuk membersihkan tangan dari gumpalan lumpur-lumpur kecil.

Setelah cukup bersih, Ananya mematikan kran dan menuju ruang makan. Yash sendiri sudah terlebih dahulu sampai di meja makan.

Saat Ananya dan Gabby sudah sampai di ruang makan, terlihat Yash sedang memainkan handphone. Suara kursi yang bergeser dari lantai membuat pria itu berbalik dan langsung mematikan layar handphone-nya.

"Sudah selesai?" tanya Yash yang sudah melihat Ananya dan Gabby duduk di kursi.

"Sudah."

"Ya, sudah. Silakan makan."

Ananya memiringkan wajah supaya bisa melihat wajah Gabby. "Gabby, mau makan apa?" tanyanya.

"Aku ingin makan nasi dengan lauk daging," ujar Gabby yang dijawab dengan anggukan oleh Ananya.

Setelah cukup melayani Gabby, dia beralih melihat Yash yang sudah menyendokkan beberapa sendokkan ke dalam mulutnya.

Cukup semua itu, akhir Ananya menyamankan diri dengan memakan makanannya dengan beberapa kali tersenyum melihat tingkah Gabby yang menggemaskan.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang