22

253 10 0
                                    

* * *

Yash mengendarai mobilnya dengan kecepatan full dengan beberapa kali melesat tanpa menghiraukan lampu lalu lintas yang berubah. Tak jarang dia sesekali  menyelip pada setiap kendaraan yang berada di depannya.

Hal itu tentu mengundang kecelakaan, tapi beruntungnya tak separah yang dipikirkan. Yash nampak dengan lihainya memainkan setir yang dipegangnya sekarang. Yash sudah mengetahui seluk-beluk dari kota tersebut sehingga dia dengan gampangnya mencari jalan pintas yang jarang sekali orang ketahui.

Polisi lalu lintas yang sejak tadi mengejar Yash kini sudah putus asa karena kewalahan. Jadi, mereka hanya bisa berhenti pada sebuah gang yang dilewati Yash dengan cara diterobos.

Tak menghiraukan, dia malah sibuk dengan pikirannya sekarang. Saat ini isi pikirannya sedang campur aduk sampai dia tak bisa berpikir jernih. Diekori oleh Rehan, Max, dan Risfha. Mereka menuju tempat lokasi yang telah diucapkan oleh pria suruhan Rena tadi.

Tak terasa sampailah mereka. Yash membeku kala melihat seorang wanita bersimbah darah di atas tandu. Dia dengan tergopoh-gopoh melihat siapa wanita yang dikerumuni para warga setempat.

Entah mengapa badannya terasa lemas semua. Sungguh dia tak rela jika wanita yang mungkin dalam keadaan meninggal itu adalah Ananya. Dia akan sangat terluka.

Risfha berlari menuju Yash yang kini berada di depan tandu mayat itu. Sama terkejutnya melihat sekitar tempat kejadian. Mereka sepertinya telat untuk menyelamatkan Ananya. Gagal sudah.

"Ada apa ini, Tuan?" tanya salah satu pria yang mengangkat tandu itu.

Bersikap acuh. Yash membalik wajah tubuh mayat itu dengan tangan yang bergetar karena saking takutnya bahwa realitanya wanita itu adalah Ananya.

Terlihat mata mayat itu terbuka dengan darah segar yang membasahi bagian kepala dan tubuh lainnya yang luka-luka. Itu sangat miris dan tragis.

Namun, untung saja dia bukan Ananya melainkan Rena. Tentu hal itu membuat Yash dan Risfha bernapas lega. Akan tetapi, sedetik kemudian netra Yash menyapu bersih tempatnya berdiri.

Orang yang dia cari tak ada. Hanya ada beberapa orang wanita yang melihat insiden tersebut. Yash berlari kian ke kanan dan ke kiri, tapi orang yang dia cari tak ketemu.

"Yash," panggil seorang pria yang tak lain adalah Lucky.

Mata Yash menuju arah suara. Alangkah terkejutnya dia kala melihat Lucky sedang menggendong Ananya. Pandangan Ananya begitu hampa tanpa ada ekspresi apa-apa.

"Kemarikan Ananya padaku!" bentak Yash kala sudah berada di depan Lucky.

Dia tampak tak suka melihat pria lain menggendong Ananya seperti itu. Baginya Ananya hanya miliknya, tidak ada yang boleh memegangnya selain dia.

Sangat terlihat sekali sorot keposesifan dari Yash sehingga Lucky langsung saja menyerahkan tubuh Ananya.

"Bagaimana kau ada di sini?" tanya Yash sebelum pergi dari hadapan Lucky.

Lucky memperbaiki baju kemejanya, lalu melirik Yash sekilas. Tampak pria itu kelihatan kebingungan.

"Aku tak sengaja melihat Ananya digopoh oleh seorang wanita yang tewas tadi," ujar Lucky mencoba menjeda ucapannya sehingga mendapatkan tatapan elang dari Yash.

"Lalu, aku mengikutinya dan berakhirnya di tempat ini," sambung Lucky mencoba menjelaskan semuanya dengan rinci dan tanpa dibuat-buat.

Yash tak mau bertanya lebih banyak. Dia dengan segera melangkahkan kaki menuju mobil sport hitam miliknya.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang