"Ananya," panggil Yash.
"Hmm?"
"Kenapa kau menawarkan Lucky makan?"
"Memangnya kenapa? Tidak boleh?" tanya Ananya dengan menatap wajah Yash dengan saksama.
"Tidak!" jawab Yash dengan penuh penekanan.
Ananya berkacak pinggang sembari bertanya, "Lah? Kenapa?"
"Tidak boleh."
Yash berbalik karena tak mau melihat wajah Ananya yang kelihatan sekali bahwa dia sedang bingung dan heran akan sifat suaminya.
"Tuan, apakah kau cemburu?" tanya Ananya polos.
Wajah Yash memerah. Jujur dia memang cemburu apalagi melihat Ananya yang begitu akrab bersama Lucky hingga bisa dekat bersama Gabby sedekat itu.
"Tidak. Aku tidak cemburu. Untuk apa cemburu? Tidak ada gunanya," elak Yash dengan wajah yang dia pasang cool.
"Aku mau pergi," ucapnya ketika sudah melangkahkan kaki menuju pintu keluar.
"Silakan," ketus Ananya.
Namun, langkah Yash terhenti ketika sekilas mendengar penuturan Ananya. Dia berbalik melihat istrinya yang tengah duduk di atas ranjang berniat membaringkan diri
"Apa yang kau bilang tadi?"
Ananya menghela napas panjang. "Silakan."
"Silakan apa?" tanya Yash yang kini berdiri di ambang pintu.
"Silakan pergi," ujar Ananya perlahan memejamkan mata dan membelakangi Yash.
"Kau menyuruhku pergi?"
Siapa duga bahwa pria itu rela kembali pada posisinya tadi guna menatap wajah sang istri yang kini sudah memejamkan mata.
"Tidak," jawab singkat Ananya.
"Terus? Kenapa kau bilang begitu?"
"Bilang begitu apanya?" tanya Ananya sedikit heran pada sikap Yash.
"Kenapa kau bilang "silakan pergi"?"
Kesekian kalinya Yash bertanya. Entah mengapa dia begitu tak suka ketika Ananya mengucapkan hal itu, seakan telah mengusirnya pergi.
Ananya yang niatnya mau tidur kini terbangun, menatap Yash dengan wajah memerah akibat menahan kekesalan.
"Jadi, aku harus bilang apa?" geram Ananya.
Yash yang melihat Ananya kesal tidak menjawab apa-apa. Dia hanya acuh dan kembali melangkahkah kakinya hendak keluar.
Mata Ananya terus mengekori Yash yang sudah berlalu dari sana dengan tertutupnya pintu secara bersamaan. Akan tetapi, tak lama kemudian Yash masuk hingga membuat Ananya sedikit terkejut.
"Ananya," panggilnya.
"Ada apa lagi?!" teriak Ananya karena sangat emosi akan tingkah Yash yang seperti anak kecil.
"Nanti malam kau sudah boleh pulang. Bersiap-siaplah, nanti aku akan menjemputmu."
Yash pun berlalu dari sana sedangkan Ananya menatapnya geram. Ingin sekali rasanya meninju wajah pria itu hingga babak belur. Namun, apa boleh buat?
* * *
Ketika malam tiba Ananya sudah pulang dari rumah sakit. Beberapa maid menyambut akan kedatangan Ananya hingga kini dia sudah berada di kamar.
Kamar itu masih sama ketika dia pergi dan ketika dia pulang. Hanya sprai-nya saja yang berubah karena sepertinya sudah ganti dengan yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
RandomKisah ini berawal pada kejadian yang tak akan Ananya lupakan. Niatnya menolong orang berakhir pada pemerkosaan dan pengambilan mahkota berharganya. Bukannya mendapat pertanggungjawaban dari si pemerkosa, dia malah dituduh yang tidak-tidak. Belum la...