* * *
Hari telah berganti malam. Ananya sangat lelah hari ini. Terlalu banyak aktivitas yang dilakukannya bersama Ira dan Risfha sehingga membuatnya kewalahan.
Tubuhnya terbaring lemas di ruang tengah. Sendirian, Ananya tak ditemani oleh Risfha serta Ira--dua wanita itu permisi untuk ke mansion dengan alasan disuruh oleh Yash. Tak mau bertanya lebih banyak hingga dia mengizinkan mereka berdua pergi. Toh, kan bukan dia yang menggaji mereka, melainkan Yash. Jadi, terserah Yash saja.
Banyak sekali pikirannya, tapi sejenak dia menghilangkan pikiran itu. Badannya lebih dominan sakit, jadi dia lebih memikirkan kondisi tubuhnya yang sekarang.
Bel berbunyi ketika Ananya hendak ke kamarnya. Berjalan gontai, dia melangkah mendekati pintu. Terlihat Yash datang dengan menjinjing sebuah koper. Mata Ananya berbinar kala melihat koper yang sangat mirip dengan kopernya.
"Ini barang-barangmu yang ada di kontrakan sudah aku ambil. Coba periksa."
Tidak bicara apa-apa. Ananya langsung mengambil koper itu dan ditariknya menuju ruang tengah dengan diikuti oleh Yash di belakangnya.
Dibukanya isi koper itu. Bajunya serta peralatan lainnya terdapat di sana. Namun, tiba-tiba netra Ananya membulat kala baju dalamannya terpampang jelas di sana. Yash yang memang melihat itu langsung mengalihkan pandangannya dengan diikuti oleh dehaman.
"Eh, hehe," tawa tak enak dari Ananya.
Kembali dia menutup koper itu dengan sesegera mungkin. "Terima kasih," ucapnya.
Yash mengangguk kini dia beralih pada sofa di ruangan itu. Niatnya untuk duduk, tapi siapa duga di meja itu dipenuhi oleh makan-makanan berupa snack dan biskuit bekas Ananya.
"Eh, maaf. Tadi belum sempat dibersihkan. Soalnya kecapekan."
"Bagaimana kegiatanmu hari ini?" tanya Yash yang telah duduk di sofa itu.
"Sangat melelahkan." Ananya tampak memelas.
Bagaimana tidak lelah? Toh, mereka setelah terapi yoga itu malah pergi ke berbagai tempat. Ananya menolak, tapi tetap dipaksa oleh Ira buat berjalan-jalan mengelilingi kota yang hanya dijawab oleh anggukan olehnya.
"Memang habis ke mana saja?"
"Pokoknya banyak. Aku tidak tahu. Cuma ikut, hehe."
Yash mengangguk. Wajar jika Ananya tidak tahu karena wanita itu baru tinggal di kota itu. Tentu asing baginya.
"Ananya," panggil Yash dengan suara lembutnya.
"Iya, Tuan? Ada apa?"
Ananya menatap wajah Yash yang nampak kebingungan. Entahlah, Yash kelihatan sedang menanggung beban yang berat sehingga terlihat jelas oleh raut wajahnya.
"Apa kau bisa bekerjsama denganku?"
Istrinya itu--Ananya menaikkan sebelah alis. Keningnya berkerut kala keheranan maksud dari ucapan Yash.
"Maksudnya?"
"Apa kau bisa berpura-pura mencintaiku di depan rekan kerjaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
RandomKisah ini berawal pada kejadian yang tak akan Ananya lupakan. Niatnya menolong orang berakhir pada pemerkosaan dan pengambilan mahkota berharganya. Bukannya mendapat pertanggungjawaban dari si pemerkosa, dia malah dituduh yang tidak-tidak. Belum la...