chapter 一

488 47 17
                                    

HAPPY READING

01






Ia menyesap minumannya pelan dan memandang ke luar jendela. Salju mulai turun lagi. Ia berdiri di sana beberapa saat, memandangi butiran salju yang melayang-layang di luar.

Ada yang hilang.

Keningnya berkerut samar. Tentu saja ada yang hilang. Ia tahu benar ada sesuatu yang hilang. Hanya saja ia tidak tahu apa yang hilang itu. Dan apakah sesuatu yang hilang itu penting atau tidak.

Ia menarik napas dalam-dalam. Yah... mungkin bukan sesuatu yang penting.

Ia berputar membelakangi jendela dan memandang ke sekeliling ruangan. Aula besar itu mulai ramai. Orang-orang terlihat gembira, saling tersenyum, tertawa, dan mengobrol. Seorang kenalannya tersenyum dan melambai ke arahnya. Ia balas tersenyum dan mengangkat gelas.

Tepat pada saat itulah ia melihat orang itu.

Orang itu baru memasuki ruangan. Matanya tidak berkedip mengamati orang itu menyalami beberapa orang sambil tersenyum lebar. Aneh... Ia menyadari dirinya tidak bisa mengalihkan pandangan.

Ia melihat orang itu mengambil segelas minuman dari meja bulat bertaplak putih sambil bercakap-cakap dengan seseorang yang berdiri di sampingnya. Kemudian orang itu mengangkat wajah dan memandang ke seberang ruangan. Tepat ke arahnya.

Mata mereka bertemu dan waktu serasa berhenti.

Aneh sekali. Otaknya tidak mengenal orang itu. Ia yakin ia tidak mengenal orang itu. Tetapi kenapa sepertinya hatinya berkata sebaliknya?

Kenapa hatinya seakan berkata padanya bahwa ia merindukan orang itu?



©hmnhynjn



Musim dingin sudah tiba dan menyelimuti kota Seoul. Angin bertiup agak kencang malam ini. Lee Felix mengibaskan rambut sebahunya ke belakang agar tidak menghalangi pandangan sementara ia bergegas menyusuri jalan kecil dan sepi yang mengarah ke gedung apartemennya.

Ia menggigil karena rasa dingin mulai menembus jaket dan sweter tebalnya. Ia ingin cepat-cepat sampai di rumah, minum secangkir cokelat panas, dan makan ramyeon. Memikirkannya saja sudah membuat perut keroncongan. Dingni-dingin begini memang paling enak...

"Hei!"

Felix terlompat kaget dan berputar cepat. Matanya terbelalak menatap pria dengan rambut cepak dicat pirang manyala yang sudah berdiri di sampingnya. Begitu mengenali pria itu sebagai Jung Jaehyun, tetangganya yang tinggal di apartemen lantai bawah, Felix menghembuskan napas lega.

"Jaehyun Hyung," Felix mendesah sambil memegang dada. "Hyung membuatku terkejut setengah mati."

Jung Jaehyun mendecakkan lidah dan tersenyum lebar. "Kau terlalu gampang terkejut."

"Hyung tahu aku selalu merasa was-was kalau berjalan sendirian di jalan sepi," kata Felix. "Dan aku punya alasan bagus untuk itu."

"Baiklah, baiklah. Aku minta maaf. Ayo, cepat. Aku sudah hampir beku," kata Jaehyun sambil menggandeng lengan Felix.

Like the First Snow, I Will Go to YouWhere stories live. Discover now