chapter 十九

156 40 11
                                    

HAPPY READING

19






Putih. Hanya itu yang dilihatnya ketika ia membuka mata. Setelah mengerjap beberapa kali, Hyunjin baru sadar yang dilihatnya adalah langit-langit kamar. Kelopak matanya terasa berat, pandangannya masih agak kabur, kepalanya sakit. Di mana dia? Di rumah sakit? Apa yang...?

Ah, ia ingat. Perkelahian itu. Kim Woojin kembali menyerangnya. Dan Felix. Di mana pemuda itu? Apakah ia baik-baik saja?

"Kau sudah sadar?"

Hyunjin menggerakkan kepalanya ke arah suara. Wajah Ahn Bohyun terlihat di samping tempat tidurnya. "Paman?" gumamnya serak.

"Aku senang kau masih mengingatku." Ahn Bohyun tersenyum lega. "Kurasa kau juga sadar bahwa kau berada di rumah sakit."

"Felix?" tanya Hyunjin dan berusaha bangkit.

"Tunggu, tunggu," cegah pamannya dan menahan bahu Hyunjin. "Pelan-pelan saja." Hyunjin duduk dibantu pamannya. "Di mana Felix? Bagaimana keadaannya?"

"Felix?" kata Ahn Bohyun bingung. "Maksudmu pemuda yang dibawa ke sini bersamamu itu? Dia baik-baik saja."

"Di mana dia sekarang?"

"Tadi dia di sini. Perawat baru saja membujuknya kembali ke kamarnya sendiri. Dia harus banyak istirahat," sahut pamannya ringan. Melihat sorot mata Hyunjin yang tiba-tiba cemas, ia cepat-cepat menambahkan, "Percayalah. Dia tidak apa-apa. Kata dokter dia sudah boleh pulang besok. Sedangkan kau harus tinggal di rumah sakit beberapa hari lagi."

Merasa tenang mendengar Felix baik-baik saja, Hyunjin mengembuskan napas perlahan dan tersenyum. Kemudian ia tertegun dan menatap pamannya. "Paman, sudah berapa lama aku di sini?"

Pamannya tersenyum lebar. "Tidak selama yang waktu itu. Kau hanya pingsan beberapa jam. Hebat, kan? Apakah mungkin itu berarti kau sudah kebal dihajar?"

Hyunjin tertawa, dan langsung meringis ketika wajahnya terasa sakit. Ia melirik jam dinding. Belum tengah malam.

"Kenapa Paman masih ada di sini?" tanyanya heran. "Bukankah jam besuk sudah lewat?"

"Tentu saja sudah lewat," balas pamannya sambil tertawa. "Tapi aku membujuk perawat memperpanjang waktu kunjunganku. Perawat di sini baik-baik."

Hyunjin tertawa kecil, ingat pamannya bisa sangat memesona kalau keadaan mengharuskan.

"Untunglah kau segera sadar," Ahn Bohyun menambahkan. "Kalau tidak, aku harus menelepon ibumu dan mengabarkan bahwa kau dikeroyok lagi. Ibumu pasti akan langsung terbang ke sini dan menyeretmu kembali ke New York tanpa banyak omong."

Hyunjin meringis. "Tapi Paman belum menelepon Ibu?"

"Kupikir, untuk apa membuat ibumu khawatir sebelum kita tahu hasil yang pasti? Bagaimanapun juga, sekarang kau sudah sadar dan sepertinya kau sangat baik."

"Ya, tapi badanku sakit semua." Hyunjin terdiam sejenak, lalu berkata, "Orang- orang itu..."

"Polisi sudah menahan orang-orang yang menyerangmu itu," sela Ahn Bohyun. Nada suaranya berubah serius. "Mereka juga yang menyerangmu pada Hari Natal waktu itu."

Hyunjin mengangguk.

"Aku tidak ingin kau merisaukan masalah ini..." Pamannya tersenyum menenangkan. "Aku sudah menghubungi pengacaraku dan dia yang akan mengurus semuanya. Yang perlu kaulakukan sekarang hanyalah mengurus dirimu sendiri. Setelah merasa cukup sehat, kau harus memberikan pernyataan kepada polisi."

Like the First Snow, I Will Go to YouWhere stories live. Discover now