chapter 十一

142 38 10
                                    

HAPPY READING

11






Menurut Paman aku sudah tinggal di Seoul selama satu bulan terakhir, pikir Hyunjin sambil mengenakan jaket. Tetapi ia tidak ingat apa-apa. Hal terakhir yang diingatnya adalah ia masih berada di apartemennya di New York, galau karena mendengar berita pernikahan Dasha, berpikir sebaiknya ia pergi dari New York untuk sementara waktu. Hanya sampai di situ ingatannya.

Tetapi Hyunjin merasa sepertinya ia punya alasan bagus kenapa selama ini ia tinggal di Seoul. Pasti ada alasannya. Mungkin alasan awalnya adalah untuk menghindari Dasha juga menjernihkan pikiran, tapi pamannya berkata Hyunjin pernah menyebut-nyebut soal menetap dan bekerja di Seoul, bahkan katanya ia berencana mengadakan pameran hasil karyanya. Benarkah?

Hyunjin menghela napas pelan dan memejamkan mata. Kepalanya selalu bertambah sakit setiap kali ia mencoba mengingat-ingat. Ia membuka mata dan mengamati bayangannya di cermin. Sudah hampir seminggu ia dirawat di rumah sakit ini. Kini ia terlihat sehat. Kata dokter luka-luka di tubuhnya akan segera sembuh.

Hyunjin melirik meja kecil di samping tempat tidur. Kameranya terletak di sana, di samping serenceng kunci. Pamannya menemukan kedua benda itu di dalam mobil yang dipinjam Hyunjin pada saat terjadinya kecelakaan. Hyunjin mengenali kameranya, tetapi tidak tahu-menahu soal kunci itu.

"Aku yakin kamera ini milikmu," kata pamannya dua hari yang lalu, ketika ia menyerahkan kamera, kunci, dan bungkusan itu kepada Hyunjin. "Kalau soal kunci, aku tidak yakin."

"Kelihatannya seperti kunci pintu rumah," gumam Hyunjin sambil memerhatikannya.

Ahn Bohyun mengangkat bahu. "Jangan bertanya padaku. Kau sama sekali tidak pernah memberitahuku di mana kau tinggal, jadi aku tidak tahu apa-apa."

Pamannya tidak bisa membantu dan saat ini Hyunjin sama sekali tidak yakin pada apa pun. Ia merasa seperti orang tolol gara-gara amnesia ini. Kata dokter ia menderita amnesia parsial atau amnesia sebagian. Tapi, karena luka-luka di kepalanya ternyata tidak terlalu berbahaya, dokter meyakinkan bahwa ingatannya akan kembali cepat atau lambat. Hanya saja ia tidak bisa mengingat kejadian selama satu bulan terakhir ini. Kenapa begitu?

Hyunjin kembali menatap bayangannya yang pucat di cermin. Bagaimana kalau ia mencoba memukul kepalanya sendiri? Mungkin ingatannya bisa kembali. Ia bisa mencoba membenturkan kepalanya ke dinding...

Terdengar ketukan di pintu kamar rawatnya. Hyunjin menoleh tepat pada saat pintu terbuka dan Christopher Bang melangkah masuk. Hari ini ia berpakaian santai, tanpa jas lab putih dan tanpa stetoskop yang tergantung di leher. Dan ia tersenyum begitu melihat Hyunjin.

"Kudengar kau diizinkan pulang hari ini," sapa Chris. "Bagaimana perasaanmu?" Chris adalah salah satu pengunjung setianya, selain paman dan ibunya sendiri.

Hyunjin memang mengenal Chris, tetapi ingatannya hanya terbatas pada saat mereka masih kecil. Hyunjin berharap Chris bisa memberikan lebih banyak keterangan daripada Ahn Bohyun tentang keberadaannya di Seoul, tetapi sayangnya Chris tidak bisa membantu banyak. Menurut Chris, mereka memang kadang-kadang bertemu dan berhubungan melalui telepon sejak Hyunjin tiba di Seoul bulan lalu, tetapi mereka belum sempat berbicara banyak tentang masalah pribadi. Dan Chris juga tidak tahu di mana Hyunjin tinggal.

"Aku merasa seperti orang bodoh," gumam Hyunjin sambil tersenyum masam. Chris menatapnya dengan prihatin. "Jangan terlalu dipaksakan, Hyunjin. Pelan-pelan ingatanmu pasti kembali."

Like the First Snow, I Will Go to YouWhere stories live. Discover now