chapter 二十

279 49 37
                                    

HAPPY READING

20







"Kenapa Hyunjin-ssi harus mengadakan pamerannya bertepatan dengan Hari Valentine?" desah Jaehyun ketika ia dan Felix sedang berdiri di tepi jalan, menunggu lampu lalu lintas berubah warna. Suaranya terdengar tidak jelas karena hidung dan mulutnya dibenamkan di balik syal tebal yang melilit lehernya. Angin sore ini memang lebih dingin daripada hari-hari sebelumnya.

"Hyung sendiri juga tidak ada acara, kan, malam ini?" Felix balas bertanya smabil tersenyum.

"Oh, astaga! Haruskah kau mengingatkanku soal itu?" Jaehyun melotot, lalu mendesah lagi. "Tapi mungkin aku bisa cuci mata sedikit di pameran itu."

Lampu lalu lintas berubah warna dan mereka menyeberang dengan cepat, lega karena setidaknya mereka kembali bergerak. Berdiri diam begitu saja membuat mereka semakin kedinginan.

"Ngomong-ngomong, Hyunjin-ssi benar-benar sudah tidak apa-apa?" tanya Jaehyun, sementara mereka berjalan cepat ke arah galeri tempat pameran Hyunjin diadakan. "Maksudku, baru beberapa hari di rumah sakit, dia sudah memaksa minta pulang."

"Kurasa dia masih sakit di sana-sini, tapi karena dia gengsi sepertinya, jadi dia tidak akan mengakuinya," jawab Felix. "Segala persiapan sudah dilakukan untuk pameran ini dan para sponsor tidak akan mau menundanya. Hyunjin-ssi sendiri juga pasti tidak mau."

Begitu mereka tiba di galeri dan menitipkan jaket, Jaehyun memandang sekeliling dan bergumam, "Wah, banyak juga yang datang. Baiklah, Felix, sampai juga lagi nanti. Aku harus beredar dulu."

Felix mengangkat alis tidak mengerti.

Jaehyun tersenyum. "Cuci mata," katanya. "Cuci mata."

Setelah ditinggal Jaehyun, Felix masuk ke ruangan pameran dan mencari-cari Hyunjin. Tidak ada. Hyunjin tidak terlihat. Mungkin sedang sibuk. Ini kan pamerannya. Pasti banyak orang yang ingin berbicara dengannya. Sambil mendesah pelan, Felix memutuskan untuk melihat-lihat sendiri dulu.

Tempat ini cukup ramai. Ternyata banyak orang yang tertarik dengan hasil karya Hyunjin. Beberapa orang wartawan juga terlihat. Felix jadi bertanya-tanya apakah Hyunjin memang sehebat itu? Apakah Hyunjin memang terkenal seperti yang pernah dikatakan Jaehyun?

Kalau dilihat dari foto-foto yang tergantung di dinding itu, Hyunjin memang hebat. Bagaimana Hyunjin bisa memotret sesuatu yang begitu biasa dan membuatnya begitu luar biasa? Misalnya foto hitam-putih yang menampilkan tangan seseorang yang terangkat ke arah matahari, seolah-olah ingin menggapai matahari. Entah bagaimana cara Hyunjin memotretnya, tetapi sinar matahari yang menyelinap di antara celah jemari itu terlihat sangat indah dan berkilau.

Felix terus bergerak dari satu foto ke foto lain, terus berhenti di setiap foto untuk memandanginya dan terus terkagum-kagum. Ia memang tidak mengerti fotografi, tetapi ia tahu foto bagus. Dan Hyunjin sudah jelas memang sangat berbakat seperti yang dikatakan Jaehyun.

Tiba-tiba sebuah foto menarik perhatiannya. Felix mengerjap dan menahan napas. Foto yang tergantung di depannya adalah foto seorang pemuda berjaket hijau yang berdiri di tengah-tengah kerumunan orang yang berlalu-lalang di jalan raya. Pemuda yang menjadi objek utama dalam foto itu berdiri membelakangi kamera. Selain warna hijau dari jaket yang dikenakan pemuda itu, segala sesuatu di sekitarnya—termasuk juga kerumunan orang yang berlalu-lalang—berwarna hitam-putih dan terlihat kabur, seolah-olah dunia di sekeliling pemuda itu memudar di mata sang fotografer.

Like the First Snow, I Will Go to YouWhere stories live. Discover now