chapter 九

219 38 17
                                    

HAPPY READING

09






Denting bel pintu membuat Felix mengalihkan perhatiannya dari kesibukannya membungkus biskuit-biskuit cokelat yang akan diberikannya kepada Hyunjin sebagai hadiah Natal. Felix mengelap tangan di handuk yang tergantung di dekat lemari dan beranjak ke pintu. "Bukankah dia bilang satu jam lagi?" gumamnya pada diri sendiri.

Tetapi begitu membuka pintu, ia tidak melihat siapa pun di sana. "Siapa yang membunyikan bel pintu?" tanyanya heran. Ia mengerjap-ngerjapkan mata dan mulai berpikir yang tidak-tidak. Orang iseng? Tetapi tidak terdengar suara atau bunyi apa pun di luar sana. Jangan-jangan... Jangan-jangan... Tidak, tidak. Felix memejamkan mata dan menggeleng cepat. Ia tidak akan berpikir tentang hantu atau semacamnya. Tidak...

Ketika ia membuka mata kembali, barulah ia melihat sebuah kantong kertas merah muda berhias pita merah yang diletakkan di lantai di depan pintunya. "Oh? Apa itu?" Ia membungkuk dan memungut kantong itu. Sebuah kartu kecil tergantung di pegangan talinya. Senyum Felix merekah begitu membaca tulisan di sana. Hadiah Natal untukmu, Lee Felix. Semoga kau merasa hangat pada Hari Natal ini. Hwang Hyunjin.

Mata Felix menangkap secarik lain kertas kecil yang ditempelkan di kantong kertas itu. Aku pergi mengambil kereta kuda untuk menjemputmu. Tunggu saja di sini.

Masih tetap tersenyum, Felix menutup pintu dan masuk kembali ke apartemennya. Ia meletakkan kantong kertas itu di meja dan membuka pita merahnya dengan hati-hati. Dengan penasaran ia mengeluarkan sebuah kotak putih dan membuka tutupnya. Matanya melebar melihat isi kotak itu.

Sepasang sarung tangan wol merah, topi wol merah, syal merah, dan penghangat telinga yang juga berwarna merah. Masing-masing memiliki nama Felix yang dijahit dengan benang berwarna emas. Felix mengenakan sarung tangan merah itu dan mengacungkan tangannya untuk mengagumi rasanya yang lembut dan hangat. Ia juga mencoba topi, syal, dan penghangat telinganya, lalu berlari ke kamar tidur dengan gembira untuk mematut diri di depan cermin. Hyunjin memiliki selera yang bagus, puji Felix dalam hati. Ia menepuk-nepuk pipinya dengan tangannya yang terbungkus sarung tangan sambil tersenyum.



©hmnhynjn



"Bagaimana penampilanku?" tanya Felix ketika Hyunjin datang menjemputnya satu jam kemudian. Ia memutuskan mengenakan topi, syal, dan sarung tangan pemberian Hyunjin, dan memadukan semuanya dengan jaket panjang putih.

Hyunjin memandanginya dari ujung kepala ke ujun gkaki dan tersenyum. "Sejauh ini, di antara semua teman kencanku di Korea, kau yang paling mempesona," pujinya.

Felix meringis. "Sejauh ini memang hanya aku satu-satunya orang yang pernah berkencan denganmu di Korea," balasnya. Lalu ia menambahkan, "Hadiah Natalnya... terima kasih."

"Aku senang kau menyukainya," sahut Hyunjin ringan. Kemudian ia membawa Felix ke sedan putih yang diparkir di depan gedung apartemen. "Masuklah," katanya.

Alis Felix terangkat. "Kau punya mobil?"

"Aku ingin bilang begitu," sahut Hyunjin, "tapi bukan, aku meminjam mobil temanku."

Felix masuk ke mobil dan memasang sabuk pengaman. Ketika Hyunjin juga sudah duduk di balik kemudi, Felix mengacungkan kantong kain bermotif hiasan Natal berwarna merah dan putih ke depan wajah Hyunjin.

Like the First Snow, I Will Go to YouWhere stories live. Discover now