Satu

21K 1.3K 8
                                    

"HELNAN AYOK PULANG!"

wanita cantik dengan rambut tercepol itu berdiri tepat di bawah pohon ketapang yang berhadapan dengan lapangan tempat di mana anak-anak sering bermain. Cuaca siang ini benar-benar panas.

Helnan remaja yang sebentar lagi akan berusia 15 tahun itu menoleh, matanya yang tampak berkilau berhasil membuat senyum sang ibu mengembang.

"MAMAA!"

Helnan berlari kecil menghampiri sang ibu yang berdiri dengan kedua tangan di rentangkan. "Ampun anak mama kok bau asem gini sih."

"Helnan kan habis main sepak bola sama ucup Ma," jawabnya terdengar lucu.

"Lihat Mama bawa apa nih?" Rinjani wanita cantik itu memperlihatkan apa yang ia bawa kepada Helnan.

"Ikan cupang," jawab Helnan.

"Itu buat Helnan?"

Rinjani mengangguk. "Tentu, buat anak Mama yang paling Mama sayang."

"Makasih Mama." Kata Helnan terlihat amat bahagia, Rinjani tersenyum simpul matanya tampak sedikit berkaca-kaca. Helnan yang sudah di ajarkan dari kecil hidup sederhana walaupun begitu ia sedikitpun tidak pernah mengeluh dengan kehidupannya.

Ketika anak seusianya berbondong-bondong membawa dan memamerkan barang mahal yang di belikan oleh ayahnya maka di situ Helnan hanya diam dengan tatapan polosnya mulutnya dengan lugu berkata. "Nanti Helnan minta Papa beli buat Helnan bola, tapi kata Mama Papa lagi kerja."

"Suka ga?"

"Suka banget! Apalagi ini Mama yang beli Helnan senang banget."

Rinjani menyapu keringat di pelipis sang anak, kebiasaan Helnan jika bermain dan terkena sinar matahari cukup lama membuat kulitnya akan memerah.

Remaja bertubuh kecil dengan baju sekolah menengah pertama itu terlihat lucu jika orang berfikir umur 15 tahun itu sudah hampir beranjak dewasa, maka tidak dengan Helnan. Wajah nya yang terlihat sangat polos, pipinya yang selalu mengembung jika sedang merajuk, rambut jamur yang berwarna kecoklatan, serta mata boba yang selalu berbinar cerah. Bahkan kadang teman bermainnya anak-anak berumur 5 tahunan dan hebatnya lagi anak kecil dengan mudah akrab padanya.

Bahkan ada juga yang mengatakan jika Helnan masih bersekolah dasar. Apakah Helnan emang segemas itu?

"Mama kenapa pulangnya cepat?" Tanya Helnan menggandeng tangan Rinjani menuju ke ujung jalan tempat di mana kontrakan kecil itu berada.

"Kerjaan Mama udah selesai, jadi hari ini Helnan bakalan banyak waktunya sama Mama."

"Ihh Helnan senang banget deh," pekiknya keras.

Memang biasanya Rinjani akan pulang sore hari meninggalkan sang anak di kontrakan sendirian. Helnan yang kecil begitu paham jika sang ibu harus bekerja serabutan di pasar dia tidak pernah mengeluh jika harus makan sendiri ketika di siang hari, bermain sendiri, anak itu walaupun belum dewasa dia sudah cukup mengerti.

"Helnan mandi gih, Mama masak dulu." Helnan mengangguk cepat sebelum itu ia menaruh kedua ikan cupangnya kedalam toples yang berukuran lumayan besar.

____

Setelah selesai urusan makan malam, mengerjakan tugas sekolahnya, dan menemani Helnan bermain dengan ikan cupangnya. Rinjani menyuruh Helnan untuk tidur, tubuhnya yang rawan sakit membuat Rinjani selalu was-was, maka sebisa mungkin Rinjani mengatur pola makan dan tidur anaknya dengan teratur.

Kadang Helnan sering lupa waktu, seperti hampir malam ini anak itu terlalu asik bermain dengan ikan cupangnya. Hanya berbicara, bahkan ikan pun tidak mengerti apa yang di bicarakan oleh Helnan. Dan lebih anehnya lagi kadang ia juga akan tertawa.

Dia Helnan | Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang