"ADEK AYO TURUN MAKAN!""NOLAN! BUKAN ADEK UDAH BESAR JUGA!" Sahutan keras itu berhasil membuat wanita dengan dress berwarna lilac itu mengelus dadanya. Terkejut.
"Iya, ayo makan malam Papa kamu udah nunggu di meja makan."
Nolan remaja berusia 18 tahun itu membuka pintu kamarnya dengan cepat.
"Papa udah pulang?"
"Iya,"
Diana menarik tangan Nolan menuju ke lift sesampainya di ruang makan sudah di sambut dengan keluarganya yang sudah berkumpul di meja panjang dengan berbagai hidangan makanan yang tampak memenuhi meja.
Diana mendudukkan dirinya di dekat sang suami, Danuarta Janshon Gutama adik dari Damar. keluarga besar itu tampak berkumpul di mansion yang jauh lebih besar dari mansion milik Damar dan mendiang istrinya.
Pasalnya Elena sang ibu juga tampak terpukul melihat keadaan sang anak yang tampak selalu menyendiri kala itu, maka dari itu Elena dan Satria suaminya memutuskan Kembali menetap di Indonesia dan membeli mansion, serta mengumpulkan anak dan cucunya, supaya Damar beserta anaknya tidak terlalu kesepian dan juga terbayang-bayang kenangan masa lalu dengan istrinya. Karena hal itu dapat kembali memicu munculnya rasa trauma mereka.
"Papa pulangnya udah lama, kok aku gak tau." Nolan mencomot cookies coklat yang berada dalam toples kaca kecil.
Damar mengangguk. "Kamu dari tadi di kamar terus gimana mau tau."
Niel bercelutuk remaja dengan baju koas berwarna hitam itu tersenyum tengil. "Nolan main game Pa, bahkan akhir-akhir ini sering banget begadang."
"Jangan di biasain, pikirkan kesehatan kamu." Ujar Damar.
Nolan memandang Niel dengan tajam benar-benar ngajak perang ni orang batin nya.
____
Setelah selesai dengan kegiatan makan malam, mereka akan memilih untuk bersantai sebentar di ruang keluarga. Sebelumnya Damar tadi memilih ingin langsung masuk ke kamar tapi Nolan dengan keras membujuk ayahnya ikut berkumpul dan berbincang barang hanya sebentar saja.
Bukan tanpa alasan Nolan melarang ia tahu jika Damar akan sering banyak melamun atau juga menghabiskan waktunya dengan berbagai tumpukan kertas dan berkasnya.
"Gimana kerjaan kamu Bang?" Tanya Damar membuka suara dengan mimik datar di wajahnya.
"Aman, tadi siang aku juga udah survei pembangunan cabang yang ada di Surabaya."
Damar mengangguk, Hanggarila memang sudah bekerja setelah berhasil menempuh kuliahnya, setelah lulus ia bahkan langsung memegang beberapa cabang perusahaan milik keluarganya.
Bahkan lelaki itu juga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja jika tidak di tarik paksa oleh Kakeknya.
Satria selaku sang Kakek sering kali mengomeli Damar beserta anaknya yang sering gila bekerja bahkan hampir tidak pulang karena lembur, entah apa yang ada di pikiran mereka.
"NOLAN LO TARUH DIMANA JAKET GUE YANG WARNA HITAM?!!"
Eksa Dinarja Gutama putra bungsu dari pasangan Diana dan Danuarta. Makhluk dengan kesabaran setipis tisu itu bahkan mampu mengomel dengan durasi beberapa jam jika ia sedang marah. Tapi berbeda lagi jika ia sedang dalam mood yang buruk, maka Eksa akan berubah menjadi manusia nolep yang enggan berinteraksi dengan siapapun.
"Ampun Sa! Bukan gue sumpah!" Nolan bersembunyi dibalik tubuh tegap Samuel sebagai tamengnya.
"Adek bahasa kamu." Peringat Hanggarila melirik tajam adiknya yang hanya di hadiahi senyuman dengan mata menyipit seperti bulan sabit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Helnan | Lee Haechan
Random[End] [ Family & Brothership ] Sebagian part masih di revisi!