Duapuluh satu

12K 1.2K 54
                                    

Happy reading~

Helnan meminta tolong kepada bodyguard untuk mengambil sepedanya yang berada di belakang mansion, sekarang kebosanan kembali menghampirinya kala Ucup sudah pulang sekitar 3 hari yang lalu.

Damar meminta bodyguard untuk menjaga dan mengawasi Helnan karena Damar sedang ada urusan pagi ini mengharuskan sang istri ikut dengannya.

Helnan mengayuh pedal sepedanya dan juga beberapa kali berhenti karena merasa capek.

"Om penjaga" panggil Helnan.

Bodyguard yang sedari tadi memperhatikannya langsung berjalan menghampiri Helnan. "Tuan kecil butuh sesuatu?"

Matanya mengerjap pelan saat cahaya matahari mengenai netra matanya. "Helnan boleh minta tolong simpan sepeda Helnan?"

"Helnan capek main sendirian ga punya teman, om penjaga juga diam-diam aja berdiri tidak mau ikut bermain sama Helnan." Ucapan Helnan membuat kedua bodyguard yang berdiri langsung menunduk dan mengucapkan kata maaf.

"Maaf tuan, tugas kami hanya menjaga tuan kecil supaya tetap aman." Ujar salah satu bodyguard itu.

Mana mungkin mereka ikut bermain dengan sepeda yang terlihat kecil itu yang ada malah sepedanya langsung rusak jika di duduki mereka.

"Helnan masuk dulu, makasih om penjaga sudah simpan sepeda Helnan."

"Sama-sama tuan kecil." Sahut bodyguard merasa ikutan gemas melihat Helnan yang berlari kecil sambil melambaikan tangannya kepada mereka.

Bagaimana tidak cepat akrab dengan pelayan mansion jika Helnan selalu menyapa dan mengajak mereka berbicara duluan. Tidak heran jika ia cepat di sukai banyak orang karena sikap humble nya.

Saat membuka pintu mansion Helnan tersenyum melihat tubuh tegap Danuarta. "AYAH."

Danuarta terkekeh pelan saat Helnan menerjangnya dengan pelukan. "Padahal tadi Ayah mau samperin Adek loh."

Helnan mendongak. "Kenapa? Ayah tidak berangkat kerja kayak Papa?"

"Nanti Ayah berangkat kerjanya." Sahut Danuarta menimang tubuh Helnan layaknya anak kecil.

Danuarta memang di suruh oleh Diana memanggil Helnan, karena anak itu belum mau sarapan pagi tadi. Jadi, Rinjani sempat mengirimi pesan meminta tolong untuk membujuk Helnan agar mau makan.

"Adek belum mandi ya?" Danuarta mencium pipi Helnan.

Helnan mengangguk kecil kala Danuarta malah membawanya masuk kedalam kamar.

"Haha udah Ayah udah." Helnan berguling-guling di atas kasur kala Danuarta malah menggelitik perutnya.

Helnan tertawa kegelian dan itu membuat Danuarta makin gencar menjahilinya sampai meggeletiki telapak kakinya juga dan itu membuat Helnan tidak berhenti tertawa sampai-sampai air matanya keluar.

Diana yang baru membuka pintu kamarnya langsung mengomeli suaminya. "Jangan di gituan anaknya nanti sakit."

"Ckk suka banget jahilin anaknya." Diana mendengus sebal memangku tubuh Helnan yang masih sedikit tertawa bukanya apa Diana tidak mau hal seperti itu berdampak pada tubuh Helnan. Rinjani beberapa hari terakhir ini sering bercerita jika nafsu makan Helnan sedikit menurun dan sangat susah di suruh makan.

"Adek berhenti ketawanya ihh."

Helnan langsung mengatupkan kedua bibirnya. "Ayah jahil gelitikin kaki sama perut Helnan."

Danuarta mencubit ujung hidung Helnan merasa gemes dan ikut mendudukkan tubuhnya di dekat istrinya.

"Adek mandi, habis itu makan Bunda suapin." Kata Diana membiarkan Helnan turun dari pangkuannya.

Dia Helnan | Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang