Tigapuluh tujuh

9.3K 835 40
                                    

Happy reading~
.
.
.
.

Minggu pagi tiba, jika pagi ini di gunakan untuk berleha-leha maka tidak untuk kali ini, setelah selesai sarapan para orang tua berpamitan untuk berangkat ke pertemuan salah satu rekan bisnis keluarga gutama mengharuskan Hanggarila dan Samuel juga ikut kesana.

Sebelum berangkat tadi Rinjani memberikan beberapa wejangan dulu kepada anaknya untuk menjaga adiknya karena anak itu bisa saja rewel seperti tadi malem.

Rinjani sempat ingin membawa Helnan, tapi ya sudah tau lah kalian jawabannya? Helnan menolak ia ingin menghabiskan weekend ini dengan bermain bersama para Abangnya.

Jam hampir sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Helnan sudah mandi sedari tadi sembari menunggu orang tuanya yang masih belum pulang anak itu berbaring di atas kasur sambil menonton televisi yang ada di kamar Melvin.

"Abang?"

Tidak ada sahutan membuat kepala Helnan menoleh ke samping kanan nya.

"Abang Melvin tidur ya..." Monolog Helnan langsung mengecilkan volume televisi di depan sana.

Tangan Helnan mencolek bahu Melvin beberapa kali yang mana tidak membuat Abang sepupunya itu terbangun juga.

"Gimana sih Abang, Helnan jadi sendirian nontonnya." Gerutu Helnan cemberut. "Baik Helnan ke kamar Abang Juna aja."

Kakinya langsung bergerak turun dari kasur, Helnan yakin para Abangnya masih berkumpul di kamar Abangnya Juna, dan mereka sangat berisik, makanya tadi Helnan memilih untuk ke kamar Melvin ia ingin fokus dengan kartun yang ia tonton.

Ceklek

Helnan membuka pintu kamar Juna membuat seluruh atensi mereka yang berada di dalam kamar menatap kedatangannya.

"Adek, loh kenapa?" Tanya Juna menatap wajah Helnan yang cemberut.

Bukanya menjawab Helnan malah membaringkan tubuhnya ke kasur lalu menatap wajah yang tertidur pulas di sebelahnya.

"Abang Niel tidur?" Tanya Helnan pada siapa saja.

"Iya, Adek kenapa kesini? Bukanya tadi lagi nonton di kamar Abang Melvin?" Eksa menyahut.

"Hemm, Abang Melvin juga lagi bobo."

Juna yang sedang mengetik sesuatu di atas laptopnya langsung berhenti sebentar. "Adek Abang nanya loh tadi."

"Kenapa Abang?" Helnan menjawab dengan suara teredam karena posisinya yang berbaring tengkurap.

"Sudah enggak jadi Abang lupa tadi." Kekeh Juna.

"Helnan mau Mama." Rengek nya tiba-tiba dengan kaki di hentakan di atas kasur.

Ketiga remaja yang sama-sama sibuk dengan ponselnya itu langsung berhenti.

"Bentar lagi Mama juga bakalan datang." Celutuk Nolan menghampiri adiknya.

"Lama Elnan udah nungguin dari tadi kenapa belum datang juga."

"Mama sama Papa lama Helnan enggak suka, katanya tadi cuma sebentar." Lanjutnya bersiap-siap menumpahkan air matanya.

"Adek mau makan?" Tanya Juna melirik jam di kamarnya ternyata sudah waktunya sang Adik makan dan minum obatnya. Mungkin karena sedang rewel anak itu jadi lapar pikir Juna.

"Enggak mau, Adek udah makan sama Abang Melvin tadi." Jawabnya berguling di atas kasur dan itu tidak membuat manusia yang tidak di dekatnya terbangun juga.

Memang Helnan sudah makan sekitar setengah jam yang lalu bersama Melvin.

"Makan apa?" Tanya Eksa.

"Telur, Abang buat tapi gosong." Jawaban dengan bibir merengut mengingat dengan jelas bentuk burik telur yang di buat oleh Melvin.

Dia Helnan | Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang