Happy reading~
Damar menatap keadaan cafe yang tengah ramai sekarang, kedua mata tajamnya menatap kumpulan manusia yang berada di sisi kanan dan kiri mencoba mencari sosok yang tengah ia cari saat ini.
Sangat gugup,
seperti kali pertama Damar menjadikan Rinjani sebagai kekasihnya saat masih duduk di bangku kuliah dulu, kedua tangannya terasa dingin dan berkeringat Damar beberapa kali menghembuskan nafasnya pelan sedikit lagi pikirnya.
Kalian tahu bagaimana kondisi mansion hari ini? Elena dan Diana benar-benar niat mendekorasi mansion sedemikian rupa. Katanya menyambut kedatangan menantu dan cucunya.
Untuk pertama kalinya juga saat Damar bangun tidur ia di liputi dengan perasaan berdebar dan bahagia beban di pundaknya terasa terangkat begitu saja.
Bahkan keempat anaknya tadi sempat beradu mulut ingin ikut dengan Damar menjemput istri dan anaknya. Damar menolak takut mereka menjadi pusat perhatian orang-orang dan ia juga takut Helnan putranya merasa tidak nyaman apalagi ini pertemuan pertama mereka.
Tanpa sadar ternyata Damar sudah masuk kedalam cafe di turunkan nya sedikit topi berwarna hitam yang ia pakai. Ini ide Nolan yang menyuruh memakai topi, katanya takut Papanya bertemu awak media apalagi Damar sangat tidak suka urusan pribadinya tersebar sampai ke publik.
Damar terpaku pada sosok di depannya yang berjalan pelan membawa buku menu ke arahnya. Tatapan mata teduh dan hangat itu berhasil membuat kedua mata mereka beradu tatap selama beberapa menit.
Perempuan dengan baju seragam khas pelayan cafe itu berdiri kaku di depan sana, kakinya terasa lemas luar biasa Rinjani mencoba menahan bobot tubuhnya bahkan telinganya terasa berdenging membuatnya beberapa kali memejamkan matanya.
Apakah Rinjani sedang bermimpi? Tolong jika iya bangunkan dia.
"Rinjani," panggilan pelan beranda halus itu membuat Rinjani mengerjap pelan ia seperti bernostalgia kembali gimana rasanya jatuh cinta.
"Mas Damar?" Jawabnya terbata-bata sesak bukan main di dadanya Rinjani benar-benar tidak bermimpi.
Damar maju satu langkah menggambil sebelah tangan yang terasa hangat itu. "Iya ini mas Rinjani."
"Aku ga mimpi kan?"
"Ini beneran kamu? Di depan aku sekarang, tolong bilang ini kamu kan?!" Lanjut Rinjani bergetar sampai membuatnya menangis.
Damar mengangguk kecil mengusap pelan air mata yang jatuh di pipi Rinjani, Damar merasa seperti tersengat listrik tubuhnya berdesir hebat saat kulit tangannya kembali menyapa permukaan kulit halus milik Rinjani.
Rinjani menubruk pelan tubuh tegap di depannya. Dekapan hangat persis seperti pelukan mereka beberapa tahun silam tangisannya pecah, mengisi suasana cafe yang mendadak sepi bahkan keduanya benar-benar menjadi pusat perhatian orang-orang sekarang.
Damar sudah tidak peduli biarkan seisi dunia tahu jika Damar benar-benar bahagia hari ini.
Begitupun dengan Rinjani ia merasa jiwanya utuh rasa bahagia seakan masuk menyeruak kedalam rongga dadanya. Perasaan berdebar membuatnya di liputi rasa bahagia yang tiada taranya semuanya terasa begitu berkecamuk di tubuhnya.
"Saya rindu kamu Rinjani." Lirih Damar pelan memeluk erat tubuh yang tampak lebih kurus itu.
Rinjani mengangguk dalam dekapan Damar keduanya terlarut kedalam rasa bahagia sampai melupakan sosok yang tengah berada di belakang mereka dengan mata yang memerah menahan tangisannya.
"JANGAN PELUK MAMA HELNAN!!"
____
Eksa mendadak pusing dalam sesaat di tambah lagi dengan pertanyaan yang tidak ada habisnya dari saudara dan sepupunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Helnan | Lee Haechan
Rastgele[End] [ Family & Brothership ] Sebagian part masih di revisi!