Sepuluh

14.1K 1.3K 33
                                    


"Aduh kok bisa jadi memar gini sih,"

Rinjani membawa Helnan menuju ke belakang melihat sikut Helnan yang terpentuk kursi, karena saat ini mereka tengah berada di cafe dan ini hari pertama Rinjani mulai bekerja.

"Tadi ada orang yang lewat terus dia juga tarik rambut Helnan." Rinjani meringis mendengar cerita Helnan mulai membalik balikan badan Helnan. Takut ada luka lain.

"Terus mana lagi yang sakit?"

"Cuman ini aja, maafin Helnan ya udah gangguin kerja Mama."

Rinjani tersenyum simpul menatap Helnan yang menunduk menautkan kedua jarinya.

"Lihat Mama sini, Helnan ga boleh ngomong gitu." Rinjani memeluk tubuh Helnan. "Mama cuman khawatir kamu kenapa-kenapa."

Helnan mengangguk kecil membuat rambutnya ikut bergerak. "Helnan janji duduk disini aja lihatin Mama kok."

"Pinter nya anak Mama."

Suara kekehan dari Helnan membuat Rinjani ikut merunduk sedikit menghalau poni yang menutupi matanya.

"Duduk disini dulu ya, Mama mau kerja lagi."

Helnan dengan sigap memberikan tanda hormat. "Oke Mama!"

Bukan tanpa alasan Rinjani mengajak Helnan ikut bersamanya, pasalnya ia takut meninggalkan sang anak sendirian di kontrakan apalagi ini kota yang dimana saja kejahatan bisa terjadi.

Apalagi mengingat jika Helnan itu mudah bosan jika ia merasa kesepian ia akan keluar mencari teman bermain. Maka dari itu lebih baik Rinjani membawanya bekerja, bosnya juga tidak mempermasalahkan jika ia membawa Helnan asal tidak menganggu pekerjaannya.

Helnan duduk di kursi kayu yang berada di pojok ruangan kakinya ikut menjuntai karena memang posisi kursinya yang lumayan tinggi.

Matanya bergerak kesana-kemari melihat Rinjani yang benar-benar sibuk membawa dan mencatat pesanan orang-orang. Jika kalian bertanya apakah ia bosan? Tentu saja jawabannya iya! Helnan benar-benar kepalang bosan beberapa kali memainkan apa saja yang ia lihat.

Seperti saat ini ia berjalan ke arah area dapur yang ada di cafe hanya melihat-lihat saja kok.

"Adek ngapain disini?" Bella menarik pelan tangan Helnan membuat anak itu sedikit terkejut.

"Helnan bosan Kakak." Sahutnya pelan takut di marahi Bella.

Bella perempuan yang kisaran umurnya 25 tahun itu membawa Helnan keluar dari arah dapur. Entah kenapa Bella suka sekali melihat Helnan umurnya memang bukan anak kecil lagi, tapi saat melihat wajahnya yang benar-benar lucu dan imut membuat Bella jadi tidak tahan memanggilnya dengan sebutan Adek.

"Jangan kesitu nanti Adek kecipratan minyak."

Helnan menatap wajah Bella cukup lama. "Tapi Helnan bosan."

"Bosan? Mau ikut Kakak ga ke depan sana?"

Helnan langsung mengangguk kesenangan. "MAU HELNAN MAU IKUT!!"

Bella terkekeh mengambil sebelah tangan Helnan takut anak itu hilang dari jangkauannya. "Oke bilang sama Mama gih, Kakak mau lepasin apron dulu."

Helnan mengangguk langsung berlari menuju ke arah Rinjani yang tengah mengelap meja.

"Mama Helnan mau keluar kesana sama Kakak Bella."

Rinjani menoleh ke arah Helnan. "Boleh, tapi jangan jauh-jauh dari Kak Bella ya."

Helnan mengangguk lucu beberapa kali dan mendatangi Bella yang tengah berbicara dengan Helnan pun tidak tahu siapa namanya.

"Kakak Helnan sudah minta ijin."

Dia Helnan | Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang