Tigapuluh empat

8.7K 973 53
                                    


Happy reading~
.
.
.
.

Jam pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 3 menit yang lalu, murid-murid berhamburan keluar dari gerbang sekolah saat sudah di jemput sebaliknya juga ada yang memakai kendaraan sendiri.

Cuaca hari ini sangat mendung, mungkin akan turun hujan, terbukti dari angin yang mulai berhembus kencang serta rintik-rintik kecil yang mulai turun membuat siswa-siswi yang masih menunggu jemputan pulang memilih untuk berteduh.

Begitu juga dengan kedua remaja yang duduk di pos satpam ikut menunggu. Helnan yang menunggu Abangnya dan juga Ucup yang menunggu jemputannya.

"Nan?"

Helnan menengok ke sebelahnya. "Kenapa?"

"Gue kebelet." Ujar Ucup berdiri tidak tenang, matanya menatap Helnan yang duduk anteng di kursi pos satpam dengan kaki menjuntai.

"Kamu mau ke toilet Cup?"

Ucup langsung mengangguk.

Helnan menatap rintik hujan yang mulai membesar membahasi jalanan. Sekarang benar-benar sudah lebat di tambah lagi suara gemuruh dan petir juga.

"Tapi hujannya lebat." Ujar Helnan

"Iya gue tau, tapi ini udah di ujung lo mau gue ngompol disini." Sahut Ucup bergerak kesana-kemari.

"Jangan nanti disini bau, Ucup ke toilet aja Helnan nungguin disini." Katanya dengan wajah lugu.

"Terus lo gimana, gue enggak bisa ninggalin lo sendirian apalagi hujan gini."

Helnan menarik nafasnya merasakan kedinginan padahal ia baru saja memasang jaket bulu yang selalu ia bawa. "Helnan enggak papa nunggu disini."

"Benaran?"

"Iya,"

Ucup lalu mengangguk. "Oke, lo Jangan kemana-mana mungkin sebentar lagi Abang lo kesini."

Tangan Ucup dengan sigap mengambil tasnya untuk melindungi kepalanya dari hujan walaupun ia tahu kemunginan saja bisa basah karena jarak dari pos satpam ke sekolah tidak bisa di katakan dekat juga.

"UCUP?" Panggil Helnan lagi membuat Ucup yang tengah berlari langsung berhenti.

Matanya memicing menghalau air hujan. "KENAPA NAN?" Teriak Ucup tak kalah keras karena suara hujan yang berisik.

"JANGAN LAMA-LAMA." Ucup langsung mengangguk saat mendengar teriakkan Helnan.

Selepas kepergian Ucup, Helnan menautkan kedua jarinya, sedikit takut mendengar suara petir yang begitu nyaring. Matanya bergeliya menatap seluruh penjuru sekolah yang tampak sunyi akibat banyak murid yang memilih berteduh di depan kelas atau juga kembali masuk kedalam kelasnya.

Seketika Helnan jadi menyesal karena tidak mengikuti Ucup, seandainya ia ikut tadi Helnan pasti bisa menunggu Abangnya di depan kelas dari pada sendirian di pos satpam seperti ini.

Helnan berdiri dari duduknya saat melihat kedatangan satpam akhirnya ia bisa bernafas lega setidaknya ada orang yang menemaninya disini.

"Aden belum di jemput?"

Helnan menggeleng kecil saat mendengar pertanyaan dari satpam yang tengah menggantung payung yang baru ia gunakan.

"Helnan nunggu Abang." Ujarnya.

"Kemungkinan masih lama keluar kelasnya, apalagi hujannya lebat gini." Ucap satpam melihat Helnan yang sedari tadi seperti gelisah.

"Aden mau saya antar ke kelas Abangnya?"

Helnan menoleh lalu menggelengkan kepalanya. "Helnan nunggu disini aja." Sahutnya dengan senyum tipisnya.

Sembari menunggu, Helnan menatap kembali rintik hujan yang belum terlihat reda sama sekali daun-daun mulai berjatuhan akibat di terpa oleh angin membuat hawa dinginnya terasa menusuk kulit.

Dia Helnan | Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang