18. Akhirnya Pulang

3K 330 10
                                    

Altair sedikit bergetar ketika seseorang memegang punggungnya dari arah belakang, berbalik ketika melihat ayahnya yang memakai jubah di seluruh tubuh dan berkeliaran di taman Hogwarts, untung saja ini adalah jam sepi, dimana para siswa sedang makan siang dan dirinya bersama Lunar sedang sibuk membaca di bawah pohon rindang.

"Boleh aku ikut duduk?"

"Daddy? tentu saja." tubuh kecilnya bergeser untuk memberikan sedikit ruang.

"Lunar kau serius sekali..." Tom memperhatikan.

"Kenapa Daddy datang kemari?" ujarnya tanpa berpaling dari buku tebal itu.

Seolah Tom merasa keberadaannya dianggap angin lalu dan buku itu lebih menarik dari kedatangannya.

"Kau seperti tidak senang dengan kedatanganku." ucapnya datar, meski dalam hatinya sedikit merajuk kesal.

"Hmm...." mengendikkan bahunya tak peduli.

"Jadi Daddy, apa yang membuatmu datang kemari? Tidak seperti biasanya."

Altair paham, Lunar hanya kesal karena ayahnya jarang memberikan kabar selama beberapa minggu ini. Kadang muncul secara tiba-tiba, lalu pergi hilang tanpa sepengetahuan keduanya. Dia yang lebih berfikir dewasa mencoba untuk lebih mengerti.

"Hanya ingin memberikan berita yang mungkin membuat kalian senang atau juga sedih?/!"

"Maksudnya? Jadi, ini kabar baik atau kabar buruk?" Lunar menyela, jika hal seperti ini rasa kesalnya langsung hilang digantikan rasa penasaran.

"Dua-duanya, tapi menurut Daddy ini adalah kabar yang baik."

"Katakan!" Lunar menatap ayahnya dengan pandangan menuntut.

Sementara dalam hati Tom tersenyum kecut, anaknya kadang menyebalkan meski berwajah lucu, membuat orang-orang yang baru pertama kali melihat akan tertipu dengan mata polosnya.

"Kita bisa pulang ke masa depan..."

"APA?!" si kembar berteriak kaget.

"Berisik! Jangan menyela ucapanku okay?"

Kedua anak itu mengangguk.

"Itu kabar baiknya, kita bisa pulang. Tapi kabar buruknya mungkin, kalian betah disini dan bisa berteman dengan Little Mommy dan belum ingin kembali ke masa depan." Tom ingin melihat reaksi keduanya.

"Itu tidak benar!" Altair menyanggah. "Aku sudah sangat merindukan Mommy dan ingin dipeluknya..."

"Tapi aku tidak bisa meninggalkan Mommy didekat si pink kodok menyebalkan..." Keluh Lunar. "Jika kita pergi, siapa yang akan melawannya?"

"Dumbledore akan menjaga Mommy kalian dnegan baik, dia berjanji akan hal itu."

"Kakek Dumbby?" Lunar berbinar cerah.

"Dia bukan kakek kalian!" Sewotnya. "Jadi maksudku adalah, nikmati hari kalian sepanjang hari ini, sebelum akhirnya besok kita pulang."

Sedikit sedih sebenarnya untuk Lunar dan Altair, tapi rasa sedihnya terkalahkan oleh rasa rindunya kepada sang Mommy.

"Bersiaplah, besok jam 1 siang pergi keruangannya dan bawa barang kalian."
.
.
.
.

Entahlah, Harry merasa berbeda ketika melihat sikap kedua anak itu yang terus menempelinya sejak tadi siang.

"Harry, Harry, bisakah aku menginap di kamarmu malam ini?" Lunar bertanya dengan wajah merayunya.

"Tapi..." jawabnya ragu.

"Ayolah, ini kan malam minggu. Besok kita libur, tidak masalah jika aku menginap."

Ron yang mendengar hal itu memasang tampang sewotnya dan menatap Lunar jijik.

The Twins (TOMARRY/Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang