1

108K 4.7K 580
                                    

Duuhhh agak excited nulis story ini... Tp takut kalian gasuka :/

Selamat membaca cintaku🖤





***






Tak tak tak!  Jari lucunya bergerak lincah diatas ponsel pintarnya. Mengirim balasan pesan manis pada sang pujaan hati.

"Ya ndak papa, tp besok pulang bareng yah...kangen." ketikan tersebut dilanjutkan dengan stiker kelinci menangis yang imut.

Gadis itu ternyata tengah berat hati membalas pesan pacarnya yang tak bisa mengantar pulang dirinya. Sudah dua tahun hubungan mereka, semua berjalan baik-baik saja.

Nama gadis tersebut Jenar Wening. Namanya mencerminkan gadis pendiam, tapi aslinya cerewet dan banyak tingkah. Tubuhnya memang sedikit berisi ketimbang gadis yang lain, tapi itu tak membuat gadis bernama Jenar itu minder.
Wajahnya cantik dan rambutnya panjang lurus sepunggung.

Buktinya, banyak kok cowok yang mendekatinya. Sampai akhirnya dia menaruh hatinya pada cowok manis yang pendiam seangkatannya.

Namanya Bambang, anaknya pendiam dan pintar. Jenar kadang tak bisa menebak jalan pikiran pacarnya itu, tapi yang Jenar suka dari Bambang yaitu anaknya pengertian dan dewasa.

"Hhh pengin beli sate ah, adek pasti suka." Jenar berceloteh sendiri didalam angkot.

Ah... Jenar sekarang duduk di bangku tiga SMA. Ya memang sih, Jenar bukan siswi yang pintar-pintar amat...tapi juga tak bodoh juga kok. Beda sekali dengan mendiang bapaknya, yang dulu bekerja sebagai dokter... ataupun ibunya yang seorang bidan di desanya.

"Pak, nanti di deket angkringan kiri yah." Jenar menyiapkan uang receh untuk membayar.

Memang sih tempat jualan satenya dengan rumahnya masih lumayan jauh, jadi nanti Jenar habis beli sate harus menghentikan angkot lagi.

Saat angkot berhenti, Jenar turun dengan hati-hati dan membayar. Sembari jalan, ia masih sibuk dengan ponselnya menunggu balasan sang pacar.
Ya akhir-akhir ini mereka memang jarang bareng sih, Jenar memaklumi itu.

Bambang itu anak pintar, orangtuanya memberikan jadwal les khusus sepulang sekolah jadi wajar kalau waktu mereka makin sedikit untuk bersama.

Deg!

Langkah kaki Jenar terhenti kala matanya menangkap motor kekasihnya yang terparkir di salah satu angkringan soto.

"Mana mungkin Bambang kan? Tadi katanya mau les kok," gumam Jenar meyakinkan diri.

Memang hanya terlihat motor disamping angkringan, posisi angkringan tertutup oleh spanduk jadi Jenar tak melihat didalam sana benar Bambang atau bukan.

Tapi!

Dari bawah... Jenar dapat melihat jelas kalau kaki orang disana memakai sepatu sekolah! Dan Jenar hafal betul sepatu siapa itu, itu jelas sepatu yang Jenar belikan untuk kado ulang tahun Bambang tahun lalu.

Disamping sepatu Bambang itu, ada sepatu pantofel mengkilat berhiaskan bunga pink, seperti Jenar juga familiar dengan pantofel itu. Jenar butuh kepastian.

Dengan langkah pelan, Jenar mendekat.

"Piye toh Bam? Aku ndak mau hubungan kita kayak gini terus."

"Ya, sabar. Sedang ku usahakan."

Deg!

Deg!

Deg!

Itu benar suara Bambang, nada bicara yang irit-irit itu jelas suara pacarnya. Lalu suara cewek tadi itu?

SEJIWO [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang