25

24.6K 2.8K 564
                                    

Aku kok tiba² kangen nulis vibes JURAGAN yah :(  cewek agresif trus cowoknya mapan, hot, malu² garong, tp penuh tanggung jawab.

Untuk horor aku mau stop nulis horor romance😃

Tapi tapi ... Padahal__ aku udah mikir sequel Sejiwo! Ups! Ups!!! Bercyaaandyaaa bercandyyaaa!


Note : aku gk suka sad end, makannya selalu bikin tulisan yg happy end. Sejiwo pun nantinya begitu, tp gk tahu klo happy end menurut versi Kalian gimana.






***

"Huh lelahnya!" Ambar duduk lalu tangannya mengambil air untuk diminumnya. Jenar ikut minum bersama temannya itu. Mereka berdua baru saja pulang manggung, biasa...cari mangsa.

Jenar tersenyum tipis menatap Ambar. Gadis cungkring, hitam, dan pecicilan ini sangat baik padanya. Ambar mengungkapkan rasa sayangnya memang unik, ejekan, keusilan, dan masih banyak lagi. Ambar selalu ada saat dirinya tidak baik-baik saja.

Orang sebaik Ambar justru akan menjadi orang yang menerima luka sangat dalam nantinya, jika semua fakta itu terbongkar.

"Ambar."

"Hmm?" Ambar tengah fokus menghitung koin hasil kerja mereka.

"Apa kau tidak kepikiran untuk mencari pria?"

"UHUK!" Ambar langsung terbatuk.

"Untuk apa? Aku tidak butuh seorang pria dalam hidupku, aku bisa melakukan semua pekerjaan sendiri tanpa bantuan pria. Yang ku inginkan dari pria hanyalah uang mereka, hanya sayang saja kebanyakan pria menyukai wanita dengan tubuh sepertimu Jenar." Ambar menatap Jenar sinis.

"Jika sudah tahu begitu maka rubahlah penampilanmu layaknya gadis-gadis lainnya, beriaslah, bersoleklah, sedikit bermanja untuk menggoda pria juga akan menghasilkan koin... Iya kan? Itu yang kau ajarkan padaku." Jenar berkata dengan lancar.

"Apa aku harus melakukan itu? Aku sungguh tidak membutuhkan pria dalam hidupku, merepotkan." Ambar masih dalam pendiriannya.

Jenar terdiam, ahh jika di jamannya__gadis seperti Ambar ini apa bisa di kategorikan independen women yah?

"Jangan begitu, kau juga pasti akan berkeluarga kan nantinya. Lihat nenek, dia juga semakin tua__nenek mungkin sudah ingin menggendong cicit."

"Hei hentikan bicaramu itu, menggelikan." Ambar bergidik.

"Pria itu merepotkan, dan aku tidak suka urusan asmara. Pasti ujung-ujungnya sakit hati, maksudku selagi kita bisa melakukan apa-apa sendiri kenapa harus bergantung pada orang lain? Jika yang dicari hanya kepuasan nafsu saja, bukankah hal itu bisa didapatkan dimana saja?"

Wah gila, Ambar gila sih ini pemikirannya.

"Kau belum pernah jatuh cinta yah?" tanya Jenar.

"Sudah aku bilang, aku tidak tertarik dengan hal yang rumit."

"Bagaimana dengan Darno? Bukankah dia cukup menarik? Kalian di kelompok bersama kan saat berburu waktu itu?"

"Hei! Pria tua itu?! Aku tidak sudi!" Ambar langsung membantahnya.

"Kenapa kau bersikap berlebihan begitu? Dia terlihat tertarik padamu tuh." Jenar menggoda Ambar.

"Tertarik? Pada gadis sepertiku? Lihatlah aku Jenar, akupun sadar diri jika ingin mencari pria."

SEJIWO [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang