15

27.9K 4.1K 948
                                    

Skrg aku makin paham, kenapa banyak author² wattpad yang pindahin karyanya ke aplikasi sebelah...yang berkoin & lebih menguntungkan 😆

Di wattpad pembacanya pd aneh²!

Dikasih yg gratis tp jempolnya berat bgt buat mencet bintang doang.






***



"Maksud kanda?" Basupati mendongak, menatap punggung kakaknya.

Saat kini ia tengah berada di pendopo kakaknya, pangeran Abimanyu.

"Aku tahu kau paham pemikiranku dimas Pati. Tapi ini terlalu terlalu rapih sampai aku pun tak bisa menciumnya sendiri."

"Perdagangan budak itu di tutupi oleh orang yang cukup berkuasa?" tebak Basupati.

Abimanyu berbalik. "Benar, dalangnya ada di istana ini__tapi tutupi hal ini dari siapapun dulu, kita belum tahu siapa dalang sebenarnya."

"Baik kanda."

Abimanyu menatap adiknya, tubuh tinggi gagah dan tatapan yang tajam. "Dimas,"

"Wonten timbalan, kanda."

"Rumor itu masih beredar, apa kau tak mau menghapusnya?"

Abimanyu menghembuskan nafasnya. "Tidak perlu, aku tidak menyalahkan mereka yang membicarakan hal buruk tentangku dibelakang__karena akupun tidak pernah mengaku sebagai orang  baik."

"Begitu? Apa kau masih terima jika penjahat ini memanfaatkan rumormu juga?" Abimanyu dengan pelan duduk didepan adiknya.

Basupati memiringkan kepalanya bingung.

"Kasus perdagangan budak ini__ mereka menculik orang, alih-alih mengetahui faktanya...rakyat justru termakan rumor jika orang yang hilang dijadikan santapan dirimu."

Melihat diamnya adiknya, Abimanyu paham akan kegundahan adiknya. Ia kenal betul watak adiknya satu ini, terlalu cuek dengan pendapat sekitar.

"Adikku, Pangeran Basupati Pramatya__ maukah kau membantu kandamu ini?"

Tatapan Basupati langsung fokus ke wajah tenang kakaknya.

"Temui dalangnya, seret dia hidup-hidup kesini."

Basupati mengangguk hormat. "Ngestoaken dawuh kanda."



***

Keempat pangeran tengah duduk bersila dengan gulungan kertas didepannya. Benar, sekarang tengah jadwalnya mereka belajar.

Tema materi kali ini adalah kesehatan. Tentu diantara empat pangeran tersebut, wajah pangeran Bhanu lah yang paling ceria sekarang.

Pangeran Abimanyu yang diam membaca dengan tenang materi gulungannya.

Pangeran Basupati yang berwajah masam, ah baginya berlatih pedang dan teori strategi perang lebih menarik minatnya.

Dan Raden Gandi yang mengikuti pembelajaran dengan santai.

"Materi kali ini sepertinya selesai lebih cepat, pangeran memang pintar-pintar." Ki Udo menutup gulungannya.

"Ki Udo!" Pangeran Bhanu membuka suaranya.

"Dalem pangeran." Ki Udo tersenyum lembut, pria tua ini adalah guru ajar mereka.

"Ki, apa selain kanuragan ada teknik yang bisa membangunkan orang dari pingsan?" tanya pangeran Bhanu.

Ki Udo mengernyit, tak begitu paham maksud sang pangeran.

SEJIWO [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang