4

40.7K 3.6K 204
                                    

Selalu pantau readers cantikku🖤 tp maaf, komen kalian ku baca besok pagi yah ... Ini lg hujan deres, ilang sinyal, mana petirnya jedar jeder. Ini up aja takut² nyalain data.

Selamat membaca ❤️



***



"Ada apa Ambar?!" tanya Jenar, sembari membenahi kainnya yang belum betul benar dipakai.

"Sudahlah kita harus ke rumah dulu, dan hei! Cepat pakai pakaianmu dengan benar!" Ambar terus menarik Jenar dengan tergesa-gesa.

"Bagaimana aku memakainya dengan benar, kau saja terus menarikku begini!" ketus Jenar.

Sampai mereka di rumah, Ambar membawa Jenar masuk dan buru-buru mengunci jendela dan pintu.

"Nenek! Nenek!" Nenek yang baru saja terlelap kini jadi terbangun lagi. Nenek keluar dari kamar dan mendekati cucunya.

"Ada apa nduk?" tanyanya risau.

Ambar memegang kedua pundak nenek. "Nek, sepertinya dia kembali melakukanya lagi!"

Jenar dapat melihat bola mata Nenek yang sudah rabun itu melotot. "Kalau begitu kita harus tetap di rumah--

"Tidak bisa nek, aku tidak bisa membiarkan kelakuan biadab mereka ke orang-orang tak salah apapun," potong Ambar.

"Jangan macam-macam Ambar, berhentilah bertingkah layaknya pahlawan...hanya kamu yang nenek miliki sekarang." Nenek mengelus lengan Ambar.

Ambar menunduk sendu. "Aku tahu nek, maka dari itu aku berjanji akan pulang dengan selamat."

Nenek menghembuskan nafasnya lelah, sulit menasehati cucunya yang keras kepala satu ini. "Pergilah, tapi tepati janjimu."

Ambar mengangguk tersenyum lalu berbalik menatap Jenar yang masih berusaha memahami situasi. "Gendut, kau harus menjaga nenek selama aku pergi!"

"Ambar kau mau kemana? Jika iyu bahaya, tetaplah di rumah--

"Sudahlah, kau tak bisa menahanku...lagi pula di luar sana banyak orang juga. Jagalah nenek, jangan terlalu merepotkannya!" Ambar malah balik menasehati.

Sebelum Jenar membuka mulutnya kembali, Ambar sudah berlari keluar dari rumah. Nenek lalu langsung mengunci pintunya dari dalam.

"Sini duduk nduk, kamu pasti bingung." Nenek duduk di kursi reot ruang tamu.

Nenek menatap Jenar yang duduk disampingnya. "Kadang nenek bingung, banyak hal yang tak kau ketahui. Kau ini sebenarnya berasal dari mana sih?"

Jenar hanya menyengir memperlihatkan gigi putihnya. "Maaf nek."

"Di bulan dan hari tertentu banyak warga yang tiba-tiba hilang tanpa jejak, awalnya kita tak begitu menghiraukan masalah itu karena mungkin orang yang hilang tak benar-benar hilang... mungkin saja mereka pergi berkelana ke tempat lain. Tapi semakin lama jumlah orang hilang semakin tak wajar, lalu ada kabar burung jika mereka yang hilang di culik ke istana untuk dijadikan santapan Pangeran Raden Basupati."

Tubuh Jenar meremang mendengar penjelasan nenek. "M-maksud nenek? S-santapan? Apa itu maksudnya?"

Nenek menatap nanar ke awang-awang. "Raden Basupati sudah kondang akan kemampuannya menaklukkan musuh-musuh, dia ikut andil memperluas wilayah kerajaan kita di usianya yang masih muda. Ada rumor jika Raden Basupati memakan daging manusia untuk memperkuat kanuragannya."

Jenar menelan ludahnya. "Itu...tapi belum pasti kan nek?"

Nenek menggeleng. "Nenek pun tak tahu pasti, tapi rumor tersebut justru malah keluar dari istana terlebih dahulu, dan juga diantara empat pangeran Raja...memanglah Raden Basupati yang paling terkenal nakal."

SEJIWO [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang