26

24.3K 3.4K 845
                                    

🙄 MAKIN SINI MAKIN BANYAK SIDERS, PADAHAL GRATIS LOH GK BAYAR PAKE KOIN BACANYA.

Apa begitu kurang ajarnya aku jika minta vote, pencet bintang dulu sebelum baca?






Btw

Part ini agak 18++ yah!  Agak loh yah! Agak!



Selamat membaca 🖤



***









"Arghh aishh, kenapa begini sih?" Jenar menggerutu sendiri. Ia mengelus lengannya yang memerah seperti bekas goresan.

Ia heran, dari mana asal goresan itu padahal dia tidak merasa terluka kok. Memang tidak berdarah, cuma membentuk garis merah, tapi kadang nyeri.

Ini juga, apa Jenar berat badannya naik? Jenar akhir-akhir ini juga merasa cepat lelah... Nafasnya dikit-dikit ngik-ngok loh. Sudah begitu tiba-tiba pusing pula, apa dia juga darah rendah?

Jadi Jenar lebih banyak istirahat belakangan ini.

Jenar mengurut kakinya yang terasa pegal dengan minyak terapi dari nenek. Ritual malam sebelum tidur, pasti pijat dulu...lain kalau di asalnya__sebelum tidur ya skincarean.

Merebahkan dirinya lalu mulai memejamkan matanya, berharap ia bisa tidur nyenyak... Entah ada apa dengan dirinya akhir-akhir ini banyak yang terjadi padanya, seperti potongan mimpi aneh yang tak jelas.

Dan__

Itu terjadi lagi, sekarang.

"Kangmas...Wening akan ke perbatasan, Pangeran Basupati akan cukup lama disana."

Jenar dapat melihat dimimpi itu ia menuliskan sepenggal kalimat disebuah gulungan.

"Jika mereka berani melanggar perjanjian ini sekali lagi, maka gencatan senjata akan di hapus!"

Itu Basupati! Jenar dapat melihat Basupati yang berbicara didepan Mahes.
Jenar menunduk melihat badannya sendiri, ia memakai pakaian layaknya pejuang lainnya.

Tak lama kemudian, Basupati menoleh kearahnya. Jenar merasa gelisah lalu ia berbalik hendak pergi.

"Berhenti!" Basupati berteriak.

Jenar merasa makin takut dan berlari kencang.

SPLASSHH!!

Sebuah anak panah melesat, lengannya tergores anak panah tersebut. Jenar menutup luka dilengannya sembari terus berlari kabur.

Merasa sudah jauh dari Basupati, Jenar duduk di bawah pohon besar. Pandangannya mulai mengabur, nafasnya tersendat-sendat, dan detak jantungnya berdegup tidak normal.

"Sial! Racunnya menyebar!" Jenar mengumpat.

"Apa aku akan mati?! Tidak! Aku tidak boleh mati begitu saja! Dendam ini harus selesai bagaimanapun juga!"

Jenar mengeluarkan melepaskan cincin ditangannya, lalu ia teteskan darahnya ke permata di cincin tersebut. Di akhir nafasnya, Jenar merapalkan mantra.

Sampai akhir kalimatnya...

"Datanglah engkau wahai jiwa lain!"

Jenar tersentak, ia terbangun dari tidurnya. Lagi-lagi ia mendapat mimpi aneh. Yang membuatnya makin gelisah adalah, mimpi-mimpi itu semakin menguatkan praduganya.

SEJIWO [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang