10

32.8K 3.6K 573
                                    

Happy reading sayang²ku🖤



Update 2x seminggu
• Vote 1k & komen 500+ (klo sampe hari jadwal up target belum terpenuhi, tentu bakal ku tunda update!)






***



"Kanda?"

"Dimas?"

Jenar dan Ambar juga bingung dengan reaksi kedua pria itu, mereka bersaudara?

"Kalian bersaudara?" celetuk Jenar.

Pria yang ia ajak tadi tersenyum manis menoleh kearah Jenar. "Benar nimas, kau menolak perkenalanku tapi... Sepertinya kau harus tahu namaku."

"Namaku Abim, dan dia adikku Pati." Pria bernama Abim menunjuk adiknya dengan dagunya.

Jenar menatap Pati. Jadi pria yang menciumnya itu bernama Pati? Eh tunggu-tunggu! Jenar tak salah lihat kan?

Jenar berjalan maju mendekati Pati, ia menunduk melihat lebih dekat wajah Pati yang sekarang mulus tanpa luka. Jenar masih ingat dengan jelas kalau wajah dan tubuh Pati itu penuh sabetan luka loh! Kok sekarang?  Jangan-jangan di tubuhnya juga__

Jenar buru-buru membuka kain di tubuh Pati! Dan benar saja, semua lukanya sudah menutup, tapi memang terlihat garis merah-merah bekas lukanya.

Jenar menegakkan tubuhnya, menutup mulutnya tak percaya. "Apa aku sesakti itu dalam pengobatan?" gumamnya sendiri.

"Pfft." Tawa itu keluar dari mulut Abim. Sementara Pati menghembuskan nafasnya jengah.

"Ya nimas, kau mungkin benar-benar sakti...maka dari itu apa kau tak mau mencoba mengobati lukaku?"

"Ah iya benar, duduklah Abim." Jenar mulai mengobati luka dilengan Abim.

Pati menatap kakaknya yang mempasrahkan diri di sentuh orang lain, lagi pula luka seperti itu bukan apa-apa kan untuk kakaknya? Pati jelas mengenal sang kakak. Pria yang tak suka disentuh orang lain, kenapa tiba-tiba __?

"Kau melakukannya lagi dimas?" pertanyaan itu keluar dari mulut Abim.

"Maaf kanda." Hanya kata maaf yang keluar dari pati. Jenar hanya diam menguping, ia juga kesal dengan Pati. Saat bicara dengannya saja galak sekali, tapi saat berhadapan dengan kakaknya malah lemas begitu.

"Sudah kukatakan jangan bertindak sendiri seperti itu, aku bukannya meremehkanmu. Tapi semua butuh waktu, jangan terburu-buru __lihatlah akibatnya, Mahes jadi terluka kan?"

Pati menoleh, menatap orang percayaannya kini tengah terbaring memulihkan diri.

"Itu semua karena kau bertindak terburu-buru, sabarlah."

"Tapi kanda, mereka mulai menunjukkan diri mereka. Mereka juga semakin dekat, tentu aku harus bergerak." Pati terlihat emosi.

"Jangan terlalu banyak mengeluarkan tenagamu untuk hal yang tak perlu, jika sudah waktunya kau boleh mengamuk sesukamu. Pemimpin mereka belum tercium, bergeraklah dengan pintar dimas." Abim bertutur dengan tenang.

Jenar masih terdiam menyimak keduanya, Abim ini...kenapa cara bicaranya seperti orang bijak saja yah?

"Sudah selesai," ucap Jenar.

Abim menatap lengannya yang dibalut oleh Jenar. "Terimakasih nimas, mungkin aku akan datang kesini beberapa kali lagi karena aku tak bisa menyembuhkan diri secepat adikku."

Jenar mengangkat dagunya. "Datanglah, tapi jangan lupa tagihannya."

Abim tertawa. "Baiklah, aku juga akan membawakanmu permata indah jika kau juga menyanyikan lagu untukku nanti."

SEJIWO [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang