05.

1.6K 199 7
                                    

Jungwon tau Haruto maupun Jeongwoo selalu menghawatirkan dirinya, apalagi semenjak ia memutuskan untuk pergi ke China dan memutuskan kontak dengan kedua orang tuanya. Yang otomatis membuat Jungwon kehilangan tunjangan untuk bertahan hidup. Tidak ada uang jajan yang banyak , tidak ada fasilitas mewah. Hidupnya seakan jungkir balik dalam sekejap mata. Beruntungnya ia masih memiliki sang Kakek yang dengan senang hati menerimanya dan membantunya .

Walaupun awalnya susah dan tak terbiasa. Jungwon mulai hidup dengan mandiri. Belajar mencari uang sendiri. Berutangnya ia memiliki bakat dalam bidang ber musik. Dengan lagu yang ia ciptakan setidaknya membantunya mendapatkan uang dari menjual lagunya ke agency musik di China.

Di samping itu sang kakek juga turut berperan besar didalam hidupnya. Kakeknya selalu mengulurkan tangannya untuk membantu Jungwon. Contohnya seperti bersedia membantu Jungwon mengirim Ibu dari anaknya itu ke sebuah agency besar yang ada di China setelah Jiwon berhasil dilahirkan dengan selamat. Juga membantu Jungwon merawat Jiwon apabila Jungwon pergi berkerja di studio menjadi asisten seorang komposer musik.

Gajih yang di dapat tidak lah besar, di tambah dari hasil menjual lagunya itu setidaknya itu cukup untuk kebutuhan Jungwon dan Jiwon sehari-hari. Apalagi sang Kakek juga mau memberikannya uang bulanan.

"Gue tau lo khwatir sama gue sama masa depan Jiwon. Tapi percaya lah Haruto. Gue udah ngatur semuanya. Gue punya penghasilan sendiri. Selain itu Kakek juga selalu ngirimin gue uang bulanan. Jadi gak usah khawatir" Jungwon memberikan senyuman terbaiknya. Dia ingin menujukan kepada sahabatnya ini kalau ia baik-baik saja dengan kehidupannya yang sekarang.

Kalau sudah begini mana bisa Haruto mencoba memberi sahabatnya itu pengertian.

"Empat tahun udah berlalu, lo masih aja tetap keras kepala. Padahal udah jadi Bapak juga! " Dumel Haruto yang seraya jalan ke arah tangga.
Niatnya sih mau nyusulin Jeongwoo. Haruto juga mau kali liat Jiwon, udah lama gak ketemu. Eh si Jeongwoo dengan rusuhnya lari turun tangga bahkan sampai menabrak Haruto. Untung Haruto gak nyuruk jatuh.

"Anjir Jeongwoo lo kenapa sih?!"  Haruto yang kaget dan hampir aja jatuh dari tangga menatap Jeongwoo dengan kesal. Yang kini berdiri di depan Jungwon dengan ekspresi wajah aneh.

"Won! Lo kapan punya anak lagi?!! "

Hah?


"Itu tadi! Gue liat ada anak perempuan tiduran samping Jiwon! Itu anak siapa anjir?. Jan bilang ada cewek lagi yang ngedatengin lo terus bilang kalau itu anak lo. Won! " Jeongwoo mengguncang- guncang bahu Jungwon.

"Hah maksud lo apa sih, Woo? Jungwon punya anak lagi? " Haruto nyamperin Jeongwoo yang masih mengguncang bahu Jungwon. Meminta penjelasan.

"Anjirr Jeongwoo sakit bahu gue! " Di pukul tangannya Jeongwoo sehingga membuat pemuda itu mengaduh kesakitan.

"Itu bukan anak gue. Lo pikir gue cowok apaan yang dengan enteng nyebar benih sana- sini! " Jungwon mendengus kesal.

Jungwon akui dulu dia emang remaja nakal. Tapi nakalnya dia tuh gak sampe suka main perempuan.
Waktu itu aja ia yang kebablasan gara-gara mabuk. Makanya sekarang dia berkahir jadi bujangan yang sudah memiliki satu anak.

"Terus itu anak siapa? "

"Gak tau" Jungwon nyahut seraya jalan naik ke lantai dua. Haruto dan Jeongwoo menyusul di belakang.

Jungwon membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Sehingga menampilkan dua bocah yang sedang tertidur nyaman diatas kasurnya.

"Namanya Jihan, tadi dia hampir aja ke tabrak mobil. Untung gue liat , jadi gue selametin deh. Karena gue liat Jihan gak ada yang jaga, jadi gue bawa deh kesini"

= Papa Muda = Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang