"Appa! Appa! Es krim Jiwon mana? " Jiwon berlari menghampiri Papanya, Jihan menyusul di belakang.
Seraya masih menatap sosok Jake, Jungwon berjongkok lalu menyodorkan dua es krim 1 untuk Jiwon rasa coklat vanila, 1 lagi untuk Jihan rasa strawberry. Kedua anak itu bersorak senang dan mengucapkan " Terimakasih Appa"
"Terimakasih, Paman Won"
Masing-masing dari mereka mengecup pipi Jungwon.
"Haha , iya sama-sama" Jungwon terkekeh.
"Jihan ayo kita makan es krimnya disana" Lalu Jiwon mengajak Jihan duduk di tikar yang sempat Haruto gelar di bawah pohon rindang.
Sementara itu Jungwon dengan canggung mendekati Jake yang masih berdiri terpaku di tempat.
Jungwon mengenali Jake sebagai pemilik Apartement unit no 10.
"Hallo" Jungwon membungkukkan tubuhnya menyapa.
"H-hallo" Jake meruntuki dirinya yang bisa-bisanya tergagap. Lalu Jake berdehem kecil guna membersihan kerongkongannya yang entah kemana terasa kering.
"Anda pemilik Apartement unit no 10 kan? "
"Ah.. Iya benar, dan kau sendiri? "
Jungwon tersenyum lesung pipinya yang mengintip membuat Jake terpana.
Indah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jake merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Bagaimana mungkin ia bisa berpikir kalau pemuda di hadapannya ini begitu indah dan cantik?
Demi Tuhan. Dia seorang pria!
"Nama saya Jungwon, Yang Jungwon" Jungwon menyodorkan tangannya yang Jake sambut dengan ekspresi linglung.
Bahkan tangannya terasa sangat lembut.
"Saya baru saja pindah beberapa hari yang lalu di sebelah Apartement anda"
"Ah.. Jadi kau adalah tetangga baru ku" Jake mengangguk paham.
"Dan Nama saya Jake, eum... " Jake terlihat kikuk, ia menggusap tengkuknya.
Lalu Jungwon melirik ke arah tangan mereka yang masih saling berjabat tangan. Tepatnya Jake yang masih menggengam tangan Jungwon.
" Ah maaf! Hahaha " Jake segera melepaskan tautan tangan mereka dan tertawa dengan canggung.
"Tidak apa-apa" Jungwon tersenyum.
"Oh iya btw.. " Jake melirik ke arah Jiwon dan Jungwon secara bergantian.
Jake jadi teringat kalau tadi Jiwon memanggil Jungwon dengan sebutan 'Appa' kan?
"Jiwon itu... Anak lo, Jungwon? " Entah kenapa Jake merasa sangat deg-degan menanti jawaban dari Jungwon.
Suara hatinya menjerit "Bukan kan? Bukan dong ya? Hahaha masak udah punya anak sih? "
Jake tidak mengerti pada dirinya sendiri, mengapa bisa-bisanya hatinya seakan berharap kalau Jungwon itu masih singel, dan Jiwon itu hanya adik dari Jungwon dan bukan anaknya.
" Iya, Jiwon emang anak gue"
Jawaban dengan senyuman itu membuat Jake merasa kecewa.
Otaknya seketika kosong, Jake Terbengong.
"Kak ... Jake? " Jungwon melambaikan tangannya di depan wajah Jake. Tatapan khawatir terlihat jelas di raut wajah bulat Jungwon.
Jake mengerjap pelan.
"Gue tau lo pasti terkejut dan gak nyangka ya? " Jungwon terkekeh. Reaksi seperti ini sudah sangat sering Jungwon Terima ketika ia mengatakan kalau dirinya ini adalah Ayah dari Jiwon.
Jake dengan kaku mengangguk.
"Ini bukan yang ke pertama kalinya kok"
"Gue emang sangat terkejut, lo.. Keliatan masih muda banget tapi udah punya anak sebesar Jiwon" Di akhir kalimat suara Jake memelan.
"Ya mau gimana lagi, kak. Gue ke blabasan" Jungwon tertawa seperti tanpa beban. Matanya terpaku ke pada putranya yang kini kembali asik bermain bola bersama Jihan.
Jake dapat melihat kasih sayang di mata Jungwon ketika menatap putranya. Itu membuat hati Jake menghangat.
" Lalu dimana ibunya? Kenapa lo gak ngajak Istri lo ikutan main ke sini? "
Jake merasakan hatinya seperti tercubit ketika mengakatan kata 'Istri'. Jake Masih merasa tidak rela mengetahui kalau Jungwon sudah berkeluarga.
Raut wajah Jungwon berubah masam. Jungwon sedikit menunduk menatap sepatunya. Lalu tak lama Jungwon menoleh menatap Jake yang ternyata juga tengah menatapnya.
Ekpresi wajahnya Jungwon rumit. Susah untuk dapat Jake baca.
"Gue... Gak nikah sama Ibunya Jiwon. Kak"
Jake tau seharusnya dia gak boleh seneng di atas masalah orang lain. Tapi....
Jake tidak bisa menahan senyumnya, bibirnya berkedut-kedut. Hatinya melega. Jake berusaha sebisa mungkin untuk tidak tersenyum dan mempertahankan mimik wajahnya.
"Hubungan kita berakhir, tepat setelah Jiwon lahir"
Lalu tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka.
Jungwon memilih bungkam, dan Jake tidak tau harus memberikan reaksi apa selain.. " oh.. Sorry"
"It's okay" Jungwon tersenyum tegar, Jungwon kembali mengalihkan perhatiannya ke putranya.
Jake menatapnya dari samping.
Gak lama Haruto terlihat berlari kecil mendekat.
"Jungwon! "
"Haruto, lo dari mana aja sih? " Jungwon bertanya agak kesal.
"Duh maaf, tadi gue kebelet pipis" saut Haruto merasa menyesal. Dia tau seharusnya tidak boleh meninggalkan anak kecil main sendiri di taman kayak gini. Tapi ya mau gimana lagi? Dia mendapatkan Panggilan alam. Dan dia tidak bisa menahannya.
Ya udah, Jungwon juga tidak ingin memperpanjang lagi. Lagian Jiwon dan Jihan tidak kenapa-napa.
"Oh iya, Haruto kenalin dia kak Jake. Tetangga sebelah gue" Jungwon memperkenalkan Jake.
Jake dapat melihat dengan sangat jelas kedekatan diantara Jungwon dan pemuda tinggi itu.
Entah kenapa. Lagi.
Ia merasa tidak suka.
Jake mengulurkan tangannya " Jake"
Haruto menyambut uluran tangan Jake dengan senyuman ramah.
"Haruto" Entah hanya perasaannya saja atau Pria di depannya ini memang memasang wajah yang tidak bersahabat?
Haruto juga bisa merasakan Jake sengaja menggenggam tangannya dengan sedikit kuat.
Dengan alis yang berkerut Haruto membalas tatapan tajam Jake dengan tatapan bingung.
Dalam satu hari dia sudah mendapatkan tatapan tak bersahabat oleh dua orang. Satu sisi ada si Dosen dan yang lain si tetangga Jungwon yang notabenenya baru sekali ia kenal.
Atau tiga orang?
Satu orang lagi datang . Penampilannya begitu menawan, di tangannya ada sebuah paper bag.
Ada yang bisa memberi tahunya, disini ia salah apa sih?