butuh kepastian

106 9 2
                                    

"Ra! WOI LO DENGER KAGA, LO! RA! BERHENTI DULUU! GUE MAU NGOMONG!!!" teriak Areksa. Pemuda itu tadi keliling, untuk mencari kekasih pujaan hatinya, sebelum semuanya ia periksa, Areksa melihat Tamara dan Naya tengah berjalan terburu-buru. Ia pun mengejar tanpa memperdulikan kedua sahabatnya yang ikut berlarian mengerjarnya.

Kedua gadis itu berjalan dengan cepat, namun, sudah jauh dari ketiga cowo yang mereka kenal.

Tamara menghelakan nafasnya seketika berhenti karena sudah menghindarinya, Naya—sahabatnya itu yang tidak tau apa-apa pun ikut-ikutan saja, meskipun bingung."Aman?"

Naya menganggukkan kepalanya seolah-olah keadaan aman. Ia mengaruk-garuk ramputnya tak gatal."Kenapa si, Mar? Kok jadi hindarin babang Ar?"

Gadis itu tidak menjawab, ia memutarkan bola matanya malas untuk berdebat panjang dengannya, ia tidak suka dipanggil 'Mar'. Terasa jijik saja dipanggil seperti itu olehnya.

"Tapi aman kan, Nay?" Lagi-lagi Naya menganggukkan kepala. Gadis itu menghelakan nafasnya lega ketika melihat sahabatnya menganggukkan kepalanya.

"Kata siapa?" Mendengar itu kedua gadis itu menoleh dan melotot ketika melihat orang yang sedang membuat jantung Tamara berdebar kencang.

Tanpa berlama-lama, Tamara pun menarik tangan mungil Naya dan hendak kabur, namun dengan cepat, tangan pemuda yang tak lain adalah Areksa mencegahnya. Meskipun mandangan Areksa masih kedepan dan belum memutar tubuhnya.

"Lepasin! Lepasin, kamu tuh apa-apaan, Sa! Aku mau ke kelas!" Gadis tersebut ingin memberontaknya, namun apalah dayanya, pemuda itu sangat kuat dan membuat Tamara ingin menyerah begitu saja.

Gadis disebelahnya menatap tajam kearah Areksa, meskipun sedikit berani dan tidak."Ih! Babang Ar! Gaboleh kasar-kasar sama cewe, ayang Galen aja baik sama Gue, sama lo ngga si.."

Mendengar itu seketika Areksa memutar tubuhnya menatap Tamara yang mendesih kesakitan."Gue mau lepasin lo, tapi ada syaratnya."

"Apaansi, pakai syarat-syarat segala. Ini mau masuk, Sa! Kamu mau, aku dihukum gara-gara kamu, mau!?" pekik Tamara.

Pemuda itu bukannya melepaskan, malahan hanya tersenyum smirk."Biarin. Gue seneng kalo kita dihukum bareng-bareng momen langkah tau."

"Lepasin dia, atau saya yang akan hukum kamu. SENDIRIAN!"

                                     ****

"Bangsat banget tuh cowo, sok jadi pahlawan kesiangan. Gajelas, tau-tau dia cewe Gue!" dumel Areksa. Tadinya senang jika dihukum, namun malahan sendirian, kiranya dihukum bersama malahan seperti tidak mempunyai pacar sama sekali.

"Eh, lo kenal cowo itu?.." Mahesa bertanya. Areksa menggelengkan kepalanya. Jika kenal, sudah ia habisin, detik itu.

"Kaya lo gatau aja, Mahesa-Mahesa. Areksa itu kalo kenal sekali pun sama cowo itu, tapi kok.. Mirip sama cowo yang ditaman sama Tamara, yakan?" Gazza bertanya membuat para sahabatnya berfikir keras.

"Cowo yang mana, Gaz? Tapi masa yang lo kasih foto itu, dia guru bukan santri!" tekan Bima diangguki oleh kedua sahabatnya.

"Tapi kan.. Santri bisa juga jadi guru. Guru ngajar dikelas mana btw?.." ujar Galen.

Areksa memutarkan bolanya malas. Ia malas jika sahabat-sahabatnya, membahas cowo tidak jelas untuk difikirkan."Kalian ngapain mbahas cowo itu? Gabut apa gimana? Gajelas juga tuh cowo."

Bima menggelengkan kepalanya tak heran melihat Areksa, calon iparnya. Ia tersenyum smirk,gimana mau diterima sama papah, orangnya juga.. Ga bisa lemah lembut. Tapi.. Apa bener, tuh cowo Sagara? Mana mungkin.. Batin Bima.

ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang