[17] Hilang

26 2 0
                                    

Hari yang telah ditentukan akhirnya datang. Hari dimana pertandingan basket akan diadakan. Tim basket Jay dijadwalkan akan bertanding di SMA sebelah sedangkan tim yang satunya lagi akan bertanding di GOR.

Berhubung hari ini adalah hari Jumat, semua siswa pulang lebih awal. Menyisakan anggota tim basket yang akan bertanding sore nanti. Mereka memutuskan untuk tidak pulang agar mudah saat akan berangkat nantinya.

Lagi-lagi Jay harus merelakan Lily untuk pulang sendirian. Ia sudah meminta temannya untuk menemani, tapi Lily menolaknya.

"Yakin Ly pulang sendirian?"

"Nggak sendirian Jay, astaga. Aku sama Fasya, mau ke taman dulu."

"Ya tapi kan sama aja, kalian sama-sama perempuan."

"Udah ah gausah lebay, lagian kita juga udah gede. Bisa jaga diri masing-masing."

"Yaudah nanti---" ucapan Jay terpotong kala Jeje yang berada diambang pintu kelas berteriak padanya. "JAY AYO!"

"Nanti kabarin pokoknya! Jangan lupa dateng ya nanti sore." katanya pada Lily. Ia harus bergegas berkumpul dengan anak-anak yang lain, menyisakan Fasya dan Lily yang masih menyapu kelas karena memang jadwal piket mereka.

Mereka meletakkan sapu disudut kelas saat selesai menyapu. Keduanya berjalan beriringan menuju gerbang sekolah.

"Naik apa ini Ly?"

"Jalan kaki aja ayo. Lagian juga gak jauh kan."

"Beli cilok didepan yuk Ly. Nanti dimakan di taman."

"Boleh deh, ayo."

Mereka beriringan menghampiri abang-abang penjual cilok. Kemudian setelahnya berjalan kembali menuju taman. Untung saja siang itu tak terlalu terik karena matahari yang tertutup awan mendung.

15 menit berjalan, mereka sampai di taman. Mereka duduk di sebuah bangku yang menghadap ke sebuah air mancur.

"Udah lama ya Sya kita nggak jalan-jalan bareng."

"Lo sih, Kak Vio mulu." keduanya tertawa bersama. Sesekali menyantap cilok yang dibeli tadi.

Tiba-tiba saja ponsel Fasya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Nama sang Mama tertera di ponselnya.

"Halo Ma?"

"Bisa tolong jemput adek kamu nggak kak? Mama ada urusan mendadak ini, gak bisa ditinggal."

"Tadi adek kamu udah chat Mama minta jemput, tolong ya kak." lanjutnya.

"Iya iya ini aku jemput."

"Makasih kak." telepon itu dimatikan oleh sang Mama.

"Aduh sorry ya Ly, gue mau jemput adek gue." ucap Fasya sedikit tak enak. Belum ada 10 menit mereka duduk disana, namun Fasya harus pergi sekarang.

"Santai aja kali Sya. Udah sana, kasian adek lo nunggu lama."

"Lo sendirian nih? Gue bilangin Jay ya biar ditemenin."

"Udah Sya gapapa, Jay juga pastinya sibuk sama temennya yang lain. Nanti kita langsung ketemuan di tempat basket aja ya."

"Yaudah deh kalo gitu. Gue duluan ya." Fasya berjalan menjauh dengan melambaikan tangannya ke Lily.

Lily pun mengeluarkan ponselnya hendak memesan ojol. Ia merasa diikuti sejak keluar dari halaman sekolah tadi. Dan sekarang, ia sendirian.

Belum sempat ia membuka aplikasi ojolnya, seseorang telah membekapnya dari belakang hingga perlahan pandangannya memburam, dan gelap setelahnya.

_______________

Lapangan basket kini sudah dipenuhi suporter dari masing-masing SMA. Pertandingan akan segera dimulai, tapi Jay masih belum menemukan keberadaan Lily di kursi penonton. Dihubungi berkali-kali pun, hanya ada suara operator yang menandakan bahwa ponselnya tak aktif.

Dari kejauhan, Jay melihat Fasya yang tampak berlari kearahnya.

Prittt

Belum sempat Jay mendengarkan Fasya, sang wasit sudah membunyikan peluitnya tanda permainan akan dimulai dan meminta para anggota tim agar masuk ke lapangan.

Di tempatnya, Fasya celingukan mencari seseorang. Raut gelisahnya tak dapat disembunyikan. Dalam hati, ia merapalkan do'a agar pertandingan cepat selesai dan dapat segera memberi tahu Jay.

Selama pertandingan, Jay selalu saja melihat kearah Fasya yang duduk sendirian di ujung. Tak menemukan keberadaan Lily disana membuatnya sedikit tak konsentrasi.

Hingga pada menit-menit terakhir pertandingan, Jay mengalami cidera saat tim lawan berusaha menghalangi Jay yang ingin memasukkan bola ke ring.

Melihat Jay yang dibawa ke pinggir lapangan membuat Fasya menghampirinya dengan cepat. Dan pertandingan kembali dilanjutkan.

"Lily nggak ada Jay!" kata Fasya gelisah saat sudah berdiri di depan Jay yang duduk meluruskan kakinya yang terkilir.

"Nggak ada gimana maksud lo? Bukannya terakhir sama lo?" Jay berdiri berhadapan dengan Fasya tanpa mempedulikan kakinya yang nyeri.

Ucapan Fasya terhenti diujung saat ponsel Jay berdering menampilkan nama Bunda Nawang.

"Halo Bunda?" Jay mengangkat teleponnya memunggungi Fasya.

"Halo nak Jay. Bunda mau tanya, Ira ada sama kamu nggak ya?"

"Ira? Nggak ada Bun, Jay belum ketemu Ira seharian ini."

"Aduhh, terus kemana ya anak itu. Dari tadi belum pulang. Bunda udah tanya sama Sena, tapi Sena juga nggak tau." Nada khawatir terdengar jelas pada perkataan Bunda Nawang.

"Bunda sekarang tenang ya, nanti Jay bantu buat cari Ira."

"Makasih ya nak, Bunda gatau harus gimana lagi."

"Iya Bunda." Jay mengakhiri panggilannya dan kembali menghadap Fasya.

"Bisa lo jelasin?"

Kedua mata Fasya memerah menahan tangis. "Gue salah Jay. Seharusnya gue gak tinggalin dia sendirian. Sorry sorry...."

"Bukan salah lo. Sekarang, lo tau Lily dimana?" Fasya menggeleng. "Tapi yang gue tau, Lily pernah cerita kalo dia akhir-akhir ini selalu ngerasa diikutin orang."

"Kok gak cerita sama gue sih?"

"Dia cuma gak mau lo khawatir Jay. Dia pengen lo fokus sama pertandingan ini."

"Lily lebih penting daripada apapun!"

Ponsel Jay kembali berdering menampilkan deretan angka.

"Halo?"

"Kita berurusan lagi, Jayden Anggara."

"Gue udah pernah bilang buat jauhin dia kan? Tapi apa? Lo gak gubris omongan gue! Sekarang liat, orang-orang tersayang lo ada ditangan gue." lanjutnya.

"Halo?! Lo siapa bangsat!! Dimana Lily!"

Terdengar sebuah kekehan dari seberang telepon. "Gak nyangka ternyata lo udah lupa sama gue. Gue cuma mau bilang kalo lo hanya bisa nyelametin satu orang. Good luck!"

"Halo! Halo!! Ck." panggilan terputus begitu saja membuat Jay berlari ke parkiran mengabaikan ngilu di kakinya.

Sementara itu disisi lain, dua orang pemuda tampak mengendap-endap mengamati sebuah rumah kosong didalam sebuah gang sempit.

Kemudian, salah satunya tampak memainkan ponselnya kemudian menaruhnya di telinga. "Kita menemukannya El, gue bakal share lokasinya."

__________________

06 Mei 2023

.
.
.

Next? Vote and comment yaa ❤

📍Publish tiap Sabtu📍

ANANTARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang