Paginya, setelah insiden Angga yang marah ke Jay semuanya berjalan seperti tidak terjadi apa-apa. Angga dan Vio dengan santai menikmati sarapannya. Lain halnya dengan Kara, ia sekali-sekali menatap kearah tangga berharap putra bungsunya akan turun untuk sarapan.
"Udah Ma, ngapain sih liatin kesana terus." tegur Angga.
"Apaan sih Pa!"
Vio kebingungan dengan situasi yang terjadi saat ini. Tiba-tiba saja mereka saling melempar tatapan sinis. "Ada apa sih, Ma? Pa?" tanya Vio.
"Bukan apa-apa."
"Adek kamu tuh. Udah berani nongkrong sembarangan, pulang malem pula." sahut Angga.
"Yaudah sih Pa. Namanya juga anak cowok." ujar Kara.
"Belain aja terus Ma! Dia itu udah salah pergaulan!"
"STOP! Kalian apa-apaan sih. Masih pagi juga! Kalo kalian pulang cuma buat berantem, gausah pulang sekalian!" Vio meraih kunci motor yang ada diatas meja makan dan meninggalkan mereka berdua.
Tak lama setelah itu, Jay turun dengan seragam sekolahnya.
"Loh dek? Kok mau sekolah, kan masih sakit." Kara menghampiri bungsunya dengan khawatir. Ia meraba kening Jay. Sudah normal.
"Nanti paduka raja murka." ucapnya santai. Ia mencium tangan Mamanya kemudian berangkat ke sekolah.
Saat keluar dari gerbang, Jay melihat Lily yang berdiri di seberang jalan yang tak lain adalah rumah Lily sendiri sambil fokus pada ponselnya.
"Ly!" sapa Jay. Lily pun melambai padanya. "Kok belum berangkat?" lanjutnya.
"Ini mau pesen ojek. Tadi gue liat Kak Vi berangkat duluan, tapi mukanya serem. Gue gak berani negur. Ada masalah ya Jay dirumah?"
"Ah, biasalah. Gausah dipikirin. Udah ayo bareng gue aja. Duit lo biar buat ngantin aja."
"Okeyy!! Lo emang sahabat yang paling baik yang pernah gue punya Jay!"
"Wah, berarti gue dapet medali emas nih." candanya.
Lily terbahak sambil memukuli bahu Jay. "Iya besok-besok gue kasih." ia lantas menaiki motor Jay dan berpegangan pada seragam samping Jay.
Sampai di sekolah, kebersamaan Jay dan Lily menjadi pusat perhatian. Terutama bagi kelas XII IPA 3. Begitu memasuki kelas tersebut, berbagai sorakan tertuju pada keduanya.
"Makin lengket aja nih. Udah jadian belom?"
"Bagi tips buat bikin cowok patuh ke kita dong Ly!"
"Udah sedeket ini masa masih nyangkal kalo gak pacaran?"
"Hari galau sedunia! Jayden Anggara udah memilih pendampingnya!."
Mendengar itu bukannya marah tapi Jay merasa lucu. "Wkwk ada-ada aja kalian."
____________
Sementara itu, suasana di rumah menjadi sangat sepi setelah perdebatan tadi. Bahkan Kara, yang berstatus istrinya itu mendiamkan Angga.
"Kamu kok belum siap-siap Ma?" tanya Angga.
"Kemana?"
"Ke Bali dong. Kan ada pertemuan dengan klienku disana. Kamu lupa?"
"Nggak."
"Terus? Kok gak siap-siap?"
"Aku gak ikut." Angga mengernyitkan dahinya. "Apa maksud kamu?!"
"Jay lagi butuh aku Pa." Angga memutar matanya malas. "Ck. Anak itu lagi. Nyusahin!"
"PAPA!!" Kara geram ketika suaminya menyebut bahwa Jay menyusahkan. Ia tak habis pikir dengan yang dipikirkan suaminya. "Jay gak nyusahin! Kita aja yang terlalu sibuk sampe lupa bahwa kita punya Jay yang masih harus kita bimbing!"
"Dia udah besar! Jay harusnya bisa mengatasi semua masalahnya sendiri. Lihat Vio. Dia nggak pernah ngeluh ke kita. Dia selalu berusaha nyelesaiin masalahnya sendiri."
"Terserah Pa. Aku capek. Aku udah gagal jadi Ibu yang baik buat mereka berdua. Aku bahkan nggak tau apa aja kesulitan yang mereka alami sejauh ini. Aku memang bodoh."
"Kamu lebay. Urusin sana anak-anakmu. Bentar lagi ujian. Papa mau Jay juga kuliah di universitas favorit seperti Vio. Aku nggak mau nanggung malu di depan para klienku. Aku pergi dulu."
___________
Sore harinya, Jay dan Lily mengerjakan tugas kelompok di rumah Jay. Tak hanya mereka berdua, Hesa, Shaka, dan Jeje pun turut serta. Ketiganya merupakan sahabat karib Jay. Jarang berkumpul, mereka hanya akan berkumpul jika sedang melakukan sebuah misi.
"Sorry ya di rumah gue cuman ada cemilan ini." Jay mengeluarkan semua cemilan yang tersisa dikulkas.
"Aduh Jay gausah repot-repot. Jadi enak nih gue." ujar Shaka.
"Gak tau malu banget sih lo Ka." cibir Hesa.
Ceklek
Kara masuk dengan 2 kantung plastik ditangan kirinya. Tersenyum kala melihat teman-teman Jay yang rupanya sedang berkumpul.
"Wah lagi rame nih." mereka mencium tangan Kara bergantian. "Udah lama?"
"Baru aja kok Te, hehe. Tante kapan pulangnya?" teman-teman Jay memang sudah tau bagaimana seluk beluk dirinya. Mulai dari keluarga hingga percintaan.
"Kemarin Tante pulang. Oh iya kalian udah pada makan belum? Tante masakin dulu ya."
"Gapapa nih te? Duh jadi ngrepotin."
"Kaya sama siapa aja kamu itu. Udah sana lanjutin dulu. Tante ke dapur ya." Kara pergi menuju dapur. Dalam hati ia bersyukur bahwa Jay memiliki banyak teman. Bahkan yang ia kenal hanya Lily. Ibu macam apa dia. Perasaan bersalah kembali hadir.
Lily mulai membagi tugas pada anggota kelompoknya. Ia bagian mengedit powerpointnya. 30 menit berkutat dengan laptop milik Jay membuat punggungnya sedikit kaku. Ia melakukan sedikit peregangan. Bertepatan dengan Kara yang meminta mereka untuk segera makan.
Beberapa jenis makanan sudah tersedia di meja makan. Kara meninggalkan mereka agar dapat makan tanpa sungkan. Ia pergi ke teras rumah. Di teras, ia melihat Vio yang baru saja memarkir sepeda motornya digarasi.
"Tumben Kak udah pulang." Vio mencium tangan Mamanya. "Iya Ma, ada dosen yang absen."
"Rame banget Ma kayaknya. Motor siapa aja?" lanjutnya.
"Oh itu ada temen-temennya Jay. Ada Lily juga. Masuk gih. Sekalian ikut makan." Vio menurut. Sedikit malas mendengar keberadaan jay serta temannya, namun juga bersemangat kala mendengar keberadaan Lily. Vio pun menghampiri Lily yang ada di meja makan.
"Kak Vi! Baru pulang kak?" sapa Lily kegirangan. "Iya."
"Kakak mau ikut makan?"
"Nggak ah. Aku liat kamu makan aja udah kenyang."
"Woy woy woy. Liat tempat dong kalo mau ngebucin. Jomblo semua ini." protes Shaka. Bukannya bermaksud gimana-gimana. Ia hanya tak ingin Jay melihat secara langsung adegan tersebut.
"Aku mandi dulu ya sayang." Vio mengacak rambut Lily sebentar kemudian pergi kekamarnya.
Sementara itu, Lily menatap tajam Shaka "Sewot amat sih lo!"
___________
14 Februari 2023
.
.
.Double update yeyy...
Next? Jangan lupa vote and comment❤📍Publish tiap Sabtu, tapi kalo mood nulis bakal sering² publish hehe...
📍Ketuk profilku untuk cek jadwal publish ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTARA ✔
Romansa~|| Percayalah, orang yang menunggumu dengan sabar adalah orang yang rasa cintanya teramat besar padamu ||~ Jayden Anggara. Terjebak dalam ikatan bernama friendzone memang menyakitkan. Tapi, menyukai gadis yang sama dengan sang Kakak lebih menyakitk...