Malam yang dingin dikarenakan hujan deras sore tadi, kini menyisakan rintik-rintik kecil. Lily duduk di balkon kamarnya memandangi hujan yang turun. Tangannya ia julurkan agar dapat merasakan tetesan hujan.
Ia sangat suka dengan hujan. Dulu waktu kecil, ia sering bermain hujan dengan Jay.
"Ayo kejar aku Ly." Lily terus mengejar Jay dibawah hujan yang deras. Mereka berlarian di taman belakang rumah Jay. Kala itu, mereka masih SD kelas 3.
"Ih jangan lari kenceng-kenceng Jay." protesnya pada Jay.
"Nanti aku ketangkap dong." Jay terus berlari sambil sesekali melihat kebelakang.
Lily yang merasa tertantang untuk menangkap Jay pun mempercepat larinya. Hingga ia tak melihat ada sebuah batu disana.
"Aduh!." Lily terjatuh. Lututnya perih karena berdarah dan terkena air hujan. Jay pun menghampirinya.
"Kakinya harus di amputasi ini Ly."
"JAYDENN!!" Lily memukuli bahu Jay. "Jangan bercanda ih! Sakit tau."
Jay tertawa. Sehari tanpa menjahili Lily itu tak menyenangkan. "Ayo naik." Jay berjongkok membelakangi Lily. Lily segera mengalungkan tangannya ke leher Jay kemudian Jay menggendongnya.
Lily tersenyum mengingat itu. Udara yang semakin dingin membuat Lily memutuskan untuk masuk ke kamar. Ia meraih ponsel yang tergeletak diatas kasur. Ia membukanya. Tidak ada pesan dari Vio.
Ia tak bisa terus seperti ini. Akhirnya ia mengetikkan pesan ke Vio.
Kak Vi ❤
Kak|
Apa kabar?|
Sesibuk itukah sampe gak chat aku?|____________
Pagi ini Lily berangkat sekolah bersama Jay. Jay sudah siap dengan motornya didepan rumah Lily. Lily datang dengan langkah yang lunglai.
"Sakit lo?" Lily menggeleng. Ia memakai helm yang disodorkan Jay dengan lambat.
"Pucet gitu."
"Gapapa udah ah ayo berangkat." Jay menurut saja.
Di perjalanan, Jay terus saja melirik ke spion yang memperlihatkan wajah Lily. Ia khawatir dengannya karena sejak naik Lily menyenderkan kepalanya di punggungnya.
Jam pelajaran pertama adalah olahraga. Kelas XII IPA 3 kini sudah berkumpul dilapangan untuk melakukan pemanasan. Setelah pemanasan, mereka memutari lapangan 5 kali.
"Ly oke gak?" tanya Fasya. Ia khawatir sebab temannya itu semakin pucat. Lily mengangguk menjawab Fasya.
Keduanya kembali berlari berdampingan. Di putaran terakhir, tubuh Lily limbung. Fasya yang tak kuat menahan tubuh Lily pun ikut terduduk.
"LY!!" Jay menoleh saat mendengar pekikan Fasya. Melihat Lily yang menutup matanya di pangkuan Fasya, Jay pun berlari menghampiri. Mengambil alih Lily dan mengangkatnya ke UKS.
Jay merebahkan tubuh Lily diatas ranjang dan menyelimutinya. Jay sedikit menepi saat petugas UKS datang. Ia membiarkan mereka memeriksa Lily dan menunggu di luar.
"Lo tunggu sini ya Sya. Gue beliin makanan buat Lily dulu." Fasya mengangguk.
Jay melangkahkan kakinya ke kantin. Membeli sebungkus nasi dan air minum. Setelahnya, ia kembali ke UKS. Duduk disamping ranjang Lily yang sudah sadar. Fasya yang peka akan keduanya pun segera keluar.
"Makan ya." Jay menyuapkan nasi yang dibawa dan Lily menerimanya.
"Habis ini gue antar pulang."
"Apaan sih! Gue sehat!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTARA ✔
Romansa~|| Percayalah, orang yang menunggumu dengan sabar adalah orang yang rasa cintanya teramat besar padamu ||~ Jayden Anggara. Terjebak dalam ikatan bernama friendzone memang menyakitkan. Tapi, menyukai gadis yang sama dengan sang Kakak lebih menyakitk...