[14] Lily

30 2 0
                                        

Pagi itu, Vio turun untuk sarapan dengan sudut bibir yang lebam. Kemarin, Jay memukulinya habis-habisan. Entah apa alasannya, Vio juga tak mengerti sebab Jay tak mengatakan apa-apa.

Untung saja ada kedua teman Vio yang melerai hingga Jay pergi begitu saja ke kamar dengan wajah yang mengeras. Entah apa yang membuat anak itu marah, Vio juga tak tahu.

Vio duduk di meja makan, memperhatikan Mamanya yang masih sibuk bergelut dengan peralatan dapur.

"Masak apa Ma?" tanyanya.

"Sup ikan, kesukaan kamu." jawab Kara tanpa menoleh, tetap fokus pada masakannya.

Tap tap tap

Angga datang dan mendudukkan diri disamping Vio. Diliriknya si anak sulung yang terdengar sedang meringis kecil.

"Astaga Vio! Itu muka kamu kenapa?" Kara yang mendengar pekikan suaminya pun mematikan kompor supnya yang telah mendidih dan memeriksa anaknya.

"Ya ampun kak?! Kamu kenapa? Habis berantem?"

"Gapapa kok. Cuma luka kecil ini." Vio kembali meringis saat Kara menyentuh lukanya.

"Siapa yang pukulin kamu?"

"Aku." Jay datang dengan seragam sekolah yang sudah rapi ditubuhnya.

"Oh udah mulai jadi berandalan ya kamu? Dia kakak kamu! Gak sepantasnya kamu pukul dia!" nada tinggi terdengar dari mulut Angga. Bahkan dia kini sudah berdiri didepan Jay.

"Jadi Papa masih belain cowok brengsek kaya dia?"

Plakk

"Jaga bicara kamu!!"

"Haha, Papa terlalu dibutakan dengan semua prestasi kakak sampai-sampai untuk melihat satu kebusukannya saja Papa tidak bisa."

"Jay permisi, bisa gila kalo lama-lama disini."

_____________________

Sampai di sekolah, Jay masih tak menjumpai Lily. Beberapa kali guru yang mengajar menegur Jay karena ketahuan melamun, atau bahkan tertidur. Seperti tak ada semangat dalam dirinya.

Pelajaran terasa sangat lama bagi Jay. Hingga Hesa mengirim sebuah pesan di grub chat yang membuatnya semangat 45.

Hesa
|Bolos kuy

Jeje
|Sekarang?

Hesa
|Taun depan _-

Shaka
|Awali gih

Tanpa membalas pesan itu, Jay langsung saja berdiri dan maju kedepan.

"Permisi Bu, saya mau ke toilet." pamitnya.

"Iya silahkan." Jay pun keluar dari kelas dan membuka ponselnya yang sudah dikantongi tadi.

Hesa
|Wanjir si ajay gercep banget

Jeje
|Si ajay mau kemana njir

Shaka
|Gini amat dah punya temen kaya jj
|Lemot lu
|Udah dibilangin bolos juga

Anda
Gue tunggu di rooftop|

Sekitar 10 menit Jay menunggu, akhirnya lengkap juga. Mereka datang satu per satu. Tentunya dengan alasan yang berbeda-beda agar guru yang mengajar tidak menyadari. Jangan ditiru ya...

"Ngapain ya enaknya?" tanya Shaka yang sudah rebahan di bangku tak terpakai yang ditata memanjang.

"Btw besok udah tanggal 31. Jangan lupa ke panti." ujar Hesa.

ANANTARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang