Bab 23

2.1K 217 12
                                    

Becky mengendarai mobilnya menuju kafe, sudah sangat sore dan Becky mengira pasti kafe sedang sangat penuh karena dia berulang kali menelpon Freen tapi tidak dijawab.

"Pasti lagi rame banget deh" Ucap Becky, dia sebentar lagi sampai sebenarnya hanya saja macet memperlambat laju mobilnya.

"Mana macet pula"

Hingga akhirnya Becky tiba diparkiran kafe, dia melihat ke arah kafe ada beberapa pengunjung yang panik keluar dari kafenya.

Becky mencoba bertanya pada salah satunya "ada apa? Ko panik gitu?"

Pengunjung itu melihat ke arah Becky sebentar "mbak mau ke kafe ini? Mending jangan, ada pegawainya yang ngamuk ngamuk . Saya saranin jangan sekarang ke dalam"

Becky mengerutkan alisnya bingung 'pegawai ngamuk? Siapa?'

Ia segera bergegas menuju kafe dan melihat meja meja sudah berantakan, Noe mantannya sudah babak belur bahkan sepertinya tidak bergerak sama sekali dilantai.

Tak jauh dari itu , ia melihat Freen sangat berbeda hari ini. Rambutnya berantakan, tangannya merah dan yang jelas aura yang dia keluarkan begitu menakutkan. Becky bahkan tidak percaya bahwa yang berada didepannya ini adalah Freen.

Becky melihat Freen mengambil kursi, dia sudah mengangkatnya setinggi mungkin bersiap untuk memukulkannya kepada Noe yang sudah terkapar tidak berdaya, tidak ada yang berani mendekati Freen bahkan kakanya pun sedang dipegangi oleh Irin.

"Freen!, Freen!" Teriak Becky sambil berlari ke arah Freen, jika Freen memukulkan kursi itu kepada Noe maka bisa dipastikan bahwa Noe akan mati. Becky tidak ingin kekasihnya itu menjadi seperti masa lalunya kembali.

Dengan sekuat tenaga Becky mendorong Freen menjauh, hingga akhirnya Freen terpental dan kursi pun terlempar cukup jauh.

Becky melihat Freen ke arah matanya dan itu benar benar bukan Freen.sorot matanya begitu gelap, tajam dan mengerikan membuat Becky tidak menyangka bahwa yang ibunya Freen bilang benar adanya.

"Freen bisa saja tidak terkendali ketika dia marah, dia punya seseorang yang lain"

Freen berjalan pelan ke arahnya, Becky panik karena bisa saja dia celaka. Tapi, tidak ada yang bisa menghentikan Freen selain dirinya.

'Dia tidak mungkin memukulku kan?' Batin Becky yakin. Freen begitu mencintainya. 'Ia tidak akan tega melihat aku terluka sedikitpun'

Freen semakin mendekat ke arah Becky, membuat nyali yang tadinya mengebu gebu seketika lenyap, dia tidak pernah melihat Freen seperti ini .

Becky mencoba bangkit tapi terlambat, Freen sudah memegang kerah bajunya dan mendorongnya ke dinding belakang dengan cukup keras.

"LO MAU GANGGU GUE?"

Becky mencoba melepaskan cengkraman tangan Freen dibajunya.

"Freen , ini aku Becky!"

"Gue ga peduli ya lo siapa! Jangan halangin gue"

Becky terus berusaha melepaskan tangan Freen, dia juga berusaha untuk mendorong tubuh Freen menjauh.

Plak.

Satu tamparan berhasil Becky layangkan ke arah Freen, membuat Freen terdiam lalu menatap Becky lagi. Dia tersenyum lebar.

"Berani banget lo nampar gue"

Becky semakin takut ketika Freen semakin tidak terkendali.
Freen semakin mempererat cengkramannya pada baju Becky, dia juga terus menerus mendorong Becky hingga Becky mulai kesakitan.

Dear B  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang