Namaku Clarissa Artheana.
Aku hidup sebatangkara. Kedua orang tuaku sudah meninggal dunia.
Ibuku meninggal karena sakit tiga tahun yang lalu. Sedangkan ayahku, meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan.
Tidak banyak yang mereka wariskan padaku, mengingat kami bukan termasuk keluarga kaya.Sekarang aku bekerja paruh waktu sambil kuliah di fakultas ekonomi di sebuah universitas swasta. Universitas milik Devan Kaindra. Seorang milyarder sukses dan baik hati.
Aku pernah bertemu dengannya di sebuah lawatannya ke kampusku. Ia bersama istri dan putra putrinya.Tuan Devan yang baik itu mengetahui keadaanku, dan memberiku pekerjaan paruh waktu di cafe nya, bahkan memberiku beasiswa setelah melihat catatan akademik-ku. Am I very lucky?
Sejak istrinya meninggal, Grand Gracius Kaindra, putra sulung dan pewaris kerajaan Kaindra sering menjemputku untuk menemui Tuan Devan atas permintaan beliau sendiri.
Meskipun awalnya Grand sering ngonel dan marah-marah saat menjemputku, lama kelamaan Grand seperti terbiasa.Kali ini pun sama, Grand menjemputku karena Tuan Devan ingin bertemu denganku.
"Masuklah Ris. Papa ada di ruang kerjanya," Grand mendorong punggungku perlahan ke ruang kerja ayahnya.
Aku masuk tanpa mengetuk pintu karena Grand sudah membukakannya untukku.
"Clarissa, ayo masuk Nak," panggilnya ramah mempersilakanku masuk. Laki-laki paruh baya itu tersenyum lebar melihatku.
Biasanya kami hanya akan ngobrol ringan di sela waktu luangnya. Tapi kurasa kali ini ada sesuatu yang akan disampaikan oleh beliau padaku."Terimakasih Om," aku duduk di kursi besar berhadapan dengan Tuan Devan, dan hanya berbatas meja. Grand duduk di sebelahku. Ada apa ini? Aku tidak pernah melihat Grand duduk menemaniku saat aku sedang berbicara dengan ayahnya.
"Clarissa, Om mau bicara dengan kamu dan Grand. Ini penting," Tuan Devan menghela nafas, mengatur nafasnya karena terlalu cepat berbicara.
Aku diam menanti, sementara Grand kulihat menunduk.
"Begini Clarissa, Om kan sudah tua. Perusahaan Om akan dikelola dan dipimpin oleh Grand. Katakanlah ini pelimpahan warisan. Grand akan meneruskan apa yabg sudah Om rintis dan kembangkan hingga seperti sekarang ini. Sudah saatnya Om pensiun. Boleh Om meminta satu permohonan pada kamu?" tanya Tuan Devan menatapku dalam-dalam.
Aku mengangguk pelan meskipun bingung dengan apa yang dikatakannya.
"Apa yang bisa Rissa lakukan buat Om?" tanyaku pelan."Menikahlah dengan Grand, berikan Om cucu, Rissa," aku terbelalak. Sama sekali tidak kusangka Om Devan mengajukan permohonan yang tidak masuk akal seperti itu. Grand memang sering ke rumahku, menjemputku karena Om Devan yang menyuruhnya. Tapi hanya sebatas itu. Tidak lebih. Kami punya kehidupan kami masing-masing.
Aku menoleh pada Grand yang tidak bergeming di sebelahku.
Dia masih menunduk."Tapi Om, apakah Om tidak bertanya pada Grand terlebih dahulu? Bagaimana kalau Grand sudah punya pilihannya sendiri?" aku mencoba mengelak, berusaha membatalkan keinginan orang tua dihadapanku.
"Baik kalau itu maumu, Rissa. Grand, kamu mau kan menikahi Clarissa?" tanya Tuan Devan melirik kearah putra sulungnya terkekeh seolah kata-kataku terdengar lucu di telinganya.
Dan demi badai petir, laki-laki yang duduk di sebelahku ini tanpa pikir panjang mengangguk. Aku membelalakkan mata tidak percaya. Bagaimana mungkin? Aku dan Grand tidak pernah mempunyai hubungan spesial kecuali dia hanya mengantar jemput aku saat Tuan Devan memanggilku ke rumahnya.
"Grand?" aku menatapnya tidak tau mau berkata apa. Aku shock melihat anggukannya.
Grand menoleh, memandangku sejenak, lalu meraih lenganku dan mengajakku keluar ruangan.
Tuan Devan hanya menatap kepergian kami dengan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity of Love
General FictionKetika cinta menuntut sebuah ketulusan, yang mampu menghadirkan rasa aman dan nyaman. Cinta yang apa adanya. Cinta yang selalu memberi. Cinta yang tidak mengharap timbal balik. Just give and give.