#19

55K 2.9K 33
                                    

Peringatan!!!!
Ada adegan gesrek... Jadi kalo gak bisa skip, mending tutup mata sambil jalanin jarinya geser-geser layar smartphone biar cepet lewat... Wkwkwk...

BTW makasih buat yang masih nungguin cerita ini...

____________________________

Jonathan membawa Clarissa ke sebuah danau di pinggiran kota. Mereka berdua duduk di atas batang pohon tumbang.

Jo menunggu. Ia baru sadar bahwa ia mempunyai kesabaran seluar biasa ini. Setengah jam lamanya mereka duduk tanpa sepatah katapun keluar dari bibir mereka.

Clarissa memandang ke kejauhan di tengah danau. Berkali-kali ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, seolah sedang mengumpulkan keberaniannya untuk memulai kalimat pertamanya.

"Jo," Clarissa memecah keheningan dengan nada ragu.

Jo menoleh, menatap Cla dalam. Ia masih menunggu.

"Aku tidak tau kenapa aku seperti ini. Aku pikir kita bisa saling terbuka satu sama lain. Uhm... Maksudku, aku menginginkan kehidupan rumah tangga yang normal, tidak ada kebohongan dan keterpaksaan," Cla menelan ludahnya dengan susah payah. Tenggorokannya serasa tercekat.

Jo masih menatap Cla dalam diam. Ia masih belum mengerti kemana arah pembicaraan istrinya.

"Kamu sudah tau ceritaku, Jo. Bagaimana denganmu?" tanya Cla gugup. Ia takut Jo marah padanya karena ia mengusik masa lalu Jo yang hampir-hampir tak diketahuinya.

Jo menghela nafas. Bagaimanapun, sudah saatnya ia membuka diri pada istrinya. Ia hanya tidak tau mulai dari mana.

"Apa yang ingin kamu ketahui tentangku? Kamu tau bahwa aku dibuang ayahku lebih dari tujuh belas tahun yang lalu. Kamu tau bahwa ibuku adalah selingkuhan ayahku. Kamu juga tau bagaimana kehidupanku di panti. Apa yang ingin kamu ketahui, Cla?" Jo menghembuskan nafasnya kuat-kuat. Ia hampir tidak bernafas saat berbicara barusan.

"Maya?" Clarissa tertegun dengan pertanyaannya yang begitu saja terlontar keluar dari mulutnya.

"Maya? Bukannya kamu tau kalau dia hanya masa laluku? Apa yang ingin kamu tau tentangnya?" Jo mengerutkan dahinya, merasa aneh dengan pertanyaan Cla.

"Perasaanmu padanya mungkin," Cla mengangkat bahunya.

Jo mengusap wajahnya. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Dulu kami saling mencintai. Tapi kedua orang tuanya tidak menyetujui hubungan kami. Maya dijodohkan dengan Han, dan mereka menikah. Aku sempat terpukul dengan kenyataan itu. Tapi keadaanku tidak memperbolehkan aku terpuruk terlalu lama. Ada Vienetta yang harus selalu kupompa semangatnya agar ia mengalihkan keterpurukan dan kesedihannya karena kehilangan Bram, agar ia bertahan dengan cita-citanya. Aku harus bisa menjadi contoh agar Vien bisa tegar menghadapi rasa kehilangannya yang begitu dalam," mata Jo menatap di kejauhan. Menerawang ke masa lalu yang menempanya menjadi seperti sekarang.

"Kenapa kamu tidak memperjuangkannya, Jo?" Clarissa benar-benar ingin tau perasaan Jo sekarang. Ia mencintai Jo, tapi ia tidak ingin mengikat Jo jika laki-laki itu masih memikirkan perempuan lain.

"Buat apa, Cla? Toh Maya juga tidak ingin memperjuangkannya," sahut Jo tersenyum pahit.

"Kamu masih mencintainya, Jo?" Clarissa menekan rasa sakitnya. Ia takut kehilangan Jo.

Jo menatap wanita di hadapannya dengan lekat. Ia tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. "Vienetta mengatakan padaku, bahwa Maya bukanlah wanita yang dikirimkan Tuhan untukku, karena ia lemah dan tidak ingin bertahan bersamaku. Aku belajar melepas cinta pertamaku dengan ikhlas, dan aku berhasil,"

Sincerity of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang