"Jo?" aku memutar kepalaku ketika kudengar suara yang memanggil Jo dengan cukup keras.
Jo yang berada di sebelahku menoleh cepat. Kulihat matanya membelalak melihat siapa yang memanggilnya.
"May?" desisnya seolah takjub.
"Jo? Jonathan? This really you? How are you?" gadis yang dipanggil Jo dengan May itu mendekat dan menjabat tangan Jo. Mata indahnya mengerjap basah.
"I'm okay, May. You?" Jo tersenyum.
"I'm fine. Aku gak nyangka bisa ketemu kamu lagi," serunya tersenyum lebar. Nampak kegembiraan di wajah cantiknya.
"Gimana kabar Han?" tanya Jo kemudian.
Gadis itu menunduk sesaat, lalu mendongak menatap Jo sendu.
"Long story, Jo. Euhm... Dia siapa, Jo?" gadis itu tampak baru menyadari kehadiranku di sisi Jo.
"Oh, kenalin May, ini Cla istriku," aku mengulurkan tangan menjabat tangan halus May.
"Clarissa," aku memperkenalkan diri.
"Maya," sambutnya tersenyum tipis. Ada gurat kekecewaan di sinar matanya.
"Kapan balik?" tanya Jo memecah kediaman dan kecanggungan antara Maya dan aku.
"Dua hari yang lalu, Jo. Ah ya, boleh tau nomor telfon kamu? Aku pengen ngobrol banyak sama kamu," Maya mengeluarkan kartu nama dari dompetnya dan memberikannya pada Jo. Dan Jo pun berbuat serupa.
Gadis itu menyimpan kartu nama Jo di dompetnya.
"Baiklah, aku harus pergi. Masih ada urusan," pamitnya menatap Jo dan aku bergantian sambil memekarkan senyum manisnya. Ia melambai dan berjalan cepat menuju pintu keluar.
Aku meneruskan memilih belanjaan sementara Jo masih mengekor di belakangku dalam diamnya.
-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Hari sudah larut malam. Aku melihat jam dinding menunjukkan jam setengah sepuluh. Jo masih belum pulang.
Tidak biasanya Jo pulang malam. Cafe nya tutup jam sepuluh malam. Dan biasanya jam delapan malam, Jo sudah sampai di rumah.
Terus terang, mau tidak mau ini membuatku khawatir.Pagi tadi aku tidak berangkat kerja maupun kuliah. Sudah tidak ada kuliah lagi, hanya tinggal menunggu ujian skripsi saja.
Papa Devan memberikan Cafe yang dulu milik Grand padaku.
Selama ini, Jo mengantarku ke Cafe sebelum ia berangkat ke kantor Papa Devan dan mengecek kondisi Cafe nya sendiri setelah pulang dari kantor sebelum menjemputku pulang.
Hari ini aku tidak ke Cafe, jadi Jo tidak perlu mengantarku. Tapi kenapa hingga sekarang Jo belum juga pulang? Bahkan memberi kabar pun tidak. Ingin menelfonnya, aku takut mengganggunya. Takut Jo mengira aku terlalu mengatur dan mencampuri urusannya.Akhirnya aku memutuskan menunggunya sambil menonton televisi. Berita kriminal dimana-mana, belum lagi berita politik yang makin memanas membuatku bosan.
Entah sudah berapa kali aku menguap. Kulirik jam di dinding. Sudah jam sebelas dan Jo masih belum juga pulang.Tidak lama kemudian, aku mendengar pintu dibuka dan ditutup dengan perlahan.
"Jo?"panggilku menoleh ke arah pintu.
"Belum tidur, Cla?" tanya nya mengernyitkan dahinya menatapku heran.
"Aku tidak bisa tidur. Kenapa kamu pulang larut, Jo? Apa ada yang tidak beres di kantor?" tanyaku hati-hati.
"Tidak ada. Tadi aku bertemu teman lama. Ngobrol. Dan lupa waktu," jawab Jo membuatku mengernyit. Ingatanku lari pada kejadian di supermarket beberapa hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity of Love
Художественная прозаKetika cinta menuntut sebuah ketulusan, yang mampu menghadirkan rasa aman dan nyaman. Cinta yang apa adanya. Cinta yang selalu memberi. Cinta yang tidak mengharap timbal balik. Just give and give.