#17

45K 2.7K 33
                                    

Hai.... Update lagi nih.... Buat yang minta POV nya Jo, part ini jangan dilewatkan ya... Meskipun POV nya cuma sedikit. Tapi untuk sedikit lebih mengenal dari sisi Jo, udah lumayan kan?

Oke, gak usah berpanjang-panjang deh.... Selamat membaca....

Jonathan Fresco Kaindra POV

Aku menciumnya pertama kali di ruang kerjanya beberapa minggu lalu karena kesal melihatnya berdua dengan seorang lelaki yang tidak kukenal, dan lebih parah lagi, laki-laki itu memintanya menikah dengannya.
Tentu saja aku kesal. Bagaimana tidak? Aku baru pulang dari Aussie, dan langsung menuju ke Cafe nya karena aku ingin memberinya kejutan atas kepulanganku, tapi apa yang kulihat dan kudengar membuat perasaanku tidak tenang. Terus terang, aku marah mendengarnya.

Aku menciumnya untuk menunjukkan pada lelaki sinting itu bahwa wanita itu milikku, istriku!

Sejak saat itu, aku harus menahan diriku dari keinginan untuk merasai lagi bibir lembutnya.

Dan sekarang, aku sudah tidak bisa menahan diriku lagi. Saat aku menatapnya begitu cantik dalam balutan bathrobe putih membiarkan angin nakal mempermainkan helai-helai rambutnya, mengganggu wajah ayunya.

Aku menatapnya, dan ia menatapku. Seperti ada magnet yang sangat kuat menarikku untuk mendekat padanya.
Aku menciumnya lagi untuk kedua kalinya. Dan kali ini bukan karena luapan kesal ataupun amarah, tapi karena dia begitu mempesona.

Saat aku mendengar jalan hidupnya, apa yang telah terjadi padanya, aku teramat menyesal sudah mengeluarkan kata-kata kasar itu. Aku merasa menjadi laki-laki paling jahat di dunia.

Aku tidak tau ada apa dengan perasaanku.
Menurut Vienetta, aku mencintai Clarissa. Tapi saat itu aku menyangkalnya. Kupikir aku hanya kasihan melihatnya, dan aku ingin agar anak dalam kandungannya itu memiliki kehidupan yang normal. Punya kedua orang tua yang menyayanginya.
Tapi semakin hari, aku merasakan ada ikatan kuat yang membuatku terus bertahan bersamanya, bahkan takut kehilangannya.

Aku mengetatkan pelukanku di pinggangnya. Memperdalam ciumanku. Awalnya ia hanya diam. Tapi tidak lama kemudian ia membalas ciumanku. Lembut.

Perasaanku membuncah seiring kulumanku yang makin dalam menelusuri rongga mulutnya dengan lidahku.

Kurasakan kedua lengannya terulur melingkar di leherku, hingga dada kami tidak berjarak, dan itu membuatku makin gila.

Ciumanku makin liar. Kulepaskan bibir ranumnya, kususuri rahang dan leher jenjangnya dengan bibirku. Decakan kecupanku yang ditimpa desahan pendeknya membuatku makin lupa diri.
Kuraih lagi bibir manisnya, mengulumnya berlama-lama, hingga dering alarm di otakku berbunyi nyaring.

Dengan enggan, kulepaskan bibir memabukkan itu. Kulihat matanya terbuka perlahan. Menatapku sayu. Ingin sekali aku meraihnya kembali.
"Maaf," ucapku serak.

Ia menunduk, wajahnya merona, bibirnya bengkak karena keliaranku. Apa dia marah?

"Maaf," ucapku lagi, tidak tahan melihatnya terdiam.

Ia mendongak lalu menggeleng. Ia tersenyum menatapku.

"Tidak apa, Jo. Bukankah ini wajar? Kita sudah menikah," katanya lembut menyentuh pipiku sekilas.

"Boleh aku menciummu lagi?" pintaku. Ah, mulutku benar-benar lancang dan tidak tau malu!
Kutatap matanya dengan penuh harap.
Dan saat kulihat senyum malu-malu dan anggukan kecilnya, aku tertawa lirih dan meraihnya dalam pelukanku. Aku menenggelamkannya dalam ciuman panjang yang membuatku tak pernah puas.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Aku menggandeng Cla menyusuri Legian. Hatiku berbunga-bunga. Aku merasa lengkap saat ada Cla bersamaku.

Sincerity of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang