"Haiiii.... Aku ingin mengucapkan Selamat Idul Fitri, Minal Aidin Wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin kepada readers yang merayakannya....
Untuk menemani kalian di hari yang fitri ini, aku update part ini. Semoga kalian suka... Happy reading yaaa......
_____________________________
Jo menurunkan tas yang kami bawa untuk menginap di Villa Bram selama tiga hari ke depan.
Aku baru tau yang namanya Andi. Ternyata dulu Andi adalah pegawai Bram.
Dan kenapa sekarang ia begitu sukses hingga mempunyai perusahaan di Dubai dan London, aku tidak begitu jelas. Jo hanya memberitahuku sepotong-sepotong.Nampaknya Andi orang baik. Aku tidak tau ada apa antara Bram dan Andi, tapi yang kulihat, Andi sepertinya sangat senang menggoda Bram, sementara Bram begitu kesal pada Andi.
Aku dan Jo menempati kamar di depan kamar Bram dan Vienetta, sementara Andi yang diberikan kamar di lantai atas, lebih memilih tidur di sofa ruang tengah, antara kamar Vienetta dan kamarku.
Rasa canggung menguasaiku saat aku masuk ke kamar bersama Jo.
Ya, aku dan Jo terpaksa harus tidur sekamar. Bagaimanapun juga, status kami sekarang adalah sepasang suami istri."Kamu istirahat saja dulu, Cla. Aku yang akan membereskan barang-barang kita," ujar Jo menunjuk ke arah tempat tidur besar king size yang nampak menggodaku untuk segera membaringkan tubuhku di atasnya.
Aku duduk di pinggir bed melihat Jo dengan cekatan menata barang-barang kami di lemari, dan meletakkan beberapa alat make up ku yang tidak seberapa di meja rias.
Suara ketukan di pintu yang segera dibuka Jo menyembulkan sosok Vienetta yang memberitahukan bahwa makan siang akan siap dalam sepuluh menit, membuat Jo mempercepat acara beres-beresnya.
Seperempat jam kemudian, kami berlima sudah duduk melingkar di meja makan bundar yang besar, dengan sajian masakan koki terkenal yang khusus didatangkan oleh Bram.
Makan siang hari ini berlalu dengan santai, dibumbui ejekan dan godaan Andi pada Bram yang hanya bisa melotot kesal disertai umpatan-umpatan dari mulutnya.
Selesai makan siang, Jo mengajakku berkeliling Villa, sementara Bram dan Vienetta serta Andi lebih memilih tetap berada di Villa.
"Kamu sering kemari, Jo?" tanyaku mengusir hening yang tercipta diantara kami.
"Lumayan," sahut Jo memelankan langkahnya agar aku bisa menjajarinya.
"O ya? Sendiri?" tanyaku lagi, tidak akan kubiarkan sunyi menjadi jeda yang membuatku tidak nyaman.
Jo tersenyum menggeleng.
"Bram baru membeli Villa ini dua bulan lalu untuk Vien. Beberapa kali aku dan Bram kemari melihat renovasi," jelas Jo mengulurkan tangannya saat kami melintasi sebuah sungai kecil yang kusambut ragu dengan tanganku yang dingin."Kedinginan? Kenapa tidak pakai baju hangat?" Jo melepas jaketnya dan memakaikannya padaku.
Perlakuan Jo yang seperti ini yang membuatku makin jatuh hati padanya. Kepeduliannya terhadapku, makin membuatku sulit untuk jauh darinya dan membuatku makin tergantung padanya.Jo tidak melepaskan genggamannya atas tanganku. Sepanjang perjalanan, tangan kami tetap bertaut.
Aku membiarkan rasa nyaman menyelusup makin jauh meresap menghangati ke seluruh perasaanku.
Hingga akhirnya kami sampai ke jalan besar, arah kembali ke Villa."Clarissa?" seseorang menyapaku ragu-ragu.
Aku menoleh kanan kiri mencari siapa yang berteriak memanggil namaku.
Seseorang agak jauh di belakangku tampak melambai. Biasan kacamatanya membuatku mengerutkan dahi dan menyipitkan mataku.
Ia berlari kecil ke arahku dan Jo berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity of Love
General FictionKetika cinta menuntut sebuah ketulusan, yang mampu menghadirkan rasa aman dan nyaman. Cinta yang apa adanya. Cinta yang selalu memberi. Cinta yang tidak mengharap timbal balik. Just give and give.