Hanya keheningan yang terjadi sesaat setelah hantu itu menyebutkan namanya.
"Jonathan Grissham, lengkapnya."
Manikku semakin berani menatap hantu bule yang mengaku namanya Joe itu. Saat dia menyebutkan nama, mataku langsung sigap memindai penampilannya. Jadi benar di foto yang ditemukan Mia tempo hari, Joe adalah namanya.
Tunggu, tapi bukankah hantu yang tetap ada di dunia manusia, lambat laun pasti akan melupakan ingatan mereka, kan? Begitu pun dengan hal yang paling sederhana seperti nama, misalnya.
"Itu namamu?" Wow, aku bahkan nyaris tak sadar kalau ini adalah kali pertama bicara secara langsung padanya. Begitu lancar dan tidak gugup. Sesantai saat bicara dengan teman akrab.
Senyumnya kian lebar. "Ya, Joe. Itu namaku, singkat dan mudah diingat bukan?"
Aku mengalihkan pandang. Tak pernah dalam hidupku selama ini, bicara dengan yang namanya makhluk halus.
"Jadi...,"
Lamunanku kontan terhenti. Kembali menatap dirinya yang terus menatapku penuh minat. Menunggu kalimat selanjutnya yang akan terlontar dari bibir tipis itu. "Kamu tidak takut padaku lagi?"
Alisku bertaut. Benar juga. Aku tidak merasa gemetar berada di dekatnya seperti ini. Apa itu berarti aku tidak takut dengannya lagi?
"Ah..., berarti kamu sudah menjadi temanku sekarang!"
Aku menganga kaget. Ucapannya yang riang itu membuatku ingin menggerusnya gemas. "Kapan?!"
"Karena kamu tidak takut lagi denganku." Dia terkikik lucu.
Hembusan nafas pelan keluar begitu saja dari bibirku. Sejak kapan definisi seperti itu lahir?
"So...,"
Aku kembali diam. Berusaha menenangkan hati dengan kemungkinan kalimat aneh yang akan terlontar lagi darinya.
"Yang penting, kamu sekarang temanku."
"Kamu belum tanya aku mau atau enggak, ya!"
Dia tersenyum lebar. Selebar dunia ini kalau kata orang-orang. Aku sampai heran. Suka sekali hantu bule satu itu tersenyum. Tidak pegal apa mulutnya, ya?
"Tidak perlu. Karena untukku, kamu mau menatapku saja aku sudah senang. Pokoknya kita berteman sekarang!"
Aku tercenung mendengar ucapan riangnya. "Hei, hantu..., denger ya-"
"Joe."
Alisku terangkat bingung.
"Panggil aku, Joe. Itu namaku."
Oh..., dia tersinggung rupanya kupanggil hantu. Tak sadar diri.
"Memangnya kamu mau aku panggil makhluk fana?"
Hidungku mengerut. Aku heran dengan filosofi yang hantu itu katakan. Lagipula, kenapa dia bisa tahu apa yang kupikirkan?
"Oke, sekarang begini. Kamu panggil aku dengan namaku. Maka aku juga akan memanggilmu dengan namamu. Bagaimana?"
Aku berdecak. "Kamu ngomongnya kayak lagi seminar aja. Aku gak ngerti, bisa langsung intinya aja, gak? Emang kamu gak kasian sama otakku yang gak seberapa ini?"
Hantu itu justru menganga sepanjang aku bicara tadi. Eh, sebentar, apa dia mengerti ucapanku tadi? Kucoba meliriknya lewat ekor mataku. "Emang kamu ngerti apa yang aku omongin?"
Dia mengangkat sebelah alis. "Kenapa tidak? Aku sudah hidup lama di sini. Kalau hanya kalimat modern dan aneh seperti itu, aku sudah sering dengar."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friendly Ghost
ParanormalAku tidak pernah menyangka jika rumah peninggalan orang tuaku, ternyata sudah lebih dulu berpenghuni sebelum kami datang. Aku bukan seorang indigo. Apalagi memiliki kemampuan sixth sense. Tapi entah kenapa, aku justru bisa melihat dia, Hantu seorang...