Siang ini, aku melangkah gontai ke rumah. Seharusnya sudah sejak dua jam lalu aku berada di rumah. Tapi ini, malah masih berada di perjalanan pulang.
Penyebabnya adalah karena ucapan gila Agrav, sepupunya Stevia. Lelaki itu bilang pada salah satu teman sekelasku-Ziva-kalau ada sesosok hantu perempuan berbaju putih yang telah lama mengikutinya karena suka. Untuk ukuran orang normal, tentu saja Ziva berteriak kencang sebelum kemudian tubuh gempalnya ambruk menghantam lantai yang dingin.
Seisi kelas mendadak dibuat panik dan semua anak berlarian tak tentu arah. Teriakan mereka membuat kelas lain berhamburan untuk sekedar melihat apa yang terjadi.
Kami-aku, Stevia, dan Agrav-membawa Ziva ke UKS. Bukan hal mudah untuk membawanya ke sana. Mengingat betapa gempalnya tubuh gadis itu. Kami bahkan masih membutuhkan bantuan tiga anak lagi untuk bisa membawanya ke UKS dengan selamat. Lalu setelah itu, kami harus menungguinya sampai siuman.
Sepanjang jalan, kerjaanku hanya menggerutu sebal. Sesekali aku menendang kerikil-kerikil kecil yang kutemui. Sampai akhirnya kakiku sudah menginjak teras depan rumah. Kulepas sepatu dengan cepat dan berniat untuk masuk.
Mataku langsung melihat Mia yang sedang duduk di sofa. Matanya terfokus pada televisi yang sedang menyala. Namun tak hanya itu, kulihat ada sosok lain juga yang sedang berada di sana.
Hantu bule itu sedang duduk di anak tangga teratas yang berhadapan langsung dengan pintu keluar. Seolah tahu kalau ada yang memperhatikannya, dia lalu menoleh ke arahku dan melemparkan senyum khas miliknya sambil melambai heboh.
"Kyaa!! Hmff.." buru-buru kubekap mulutku sendiri. Aku kelepasan berteriak saking terkejutnya. Lupa kalau ada Mia juga di sana.
"Kakak!"
Aku tersentak kaget. Kulirik Mia menatapku bingung sambil melotot. "Kenapa teriak-teriak, sih?" geramnya tertahan.
"Ng..., itu," aku bingung bagaimana cara menjelaskannya. Kalau jujur, yang ada aku bisa kena damprat Kak Auston.
"Udah, ayo masuk!" Aku hanya mengangguk kaku dan berjalan masuk.
"Tumben baru pulang. Kakak gak bantuin ibu kantin cuci piring, kan?" tanyanya setelah aku duduk di sofa.
Tak kuhiraukan pertanyaan konyolnya barusan. Kepalaku sibuk berkeliling memastikan keberadaan hantu itu. Siapa tahu dia akan muncul tiba-tiba lagi di depanku, atau di sebelahku, atau di belakangku, mungkin.
"Kak!"
Perhatianku refleks terarah kembali pada Mia yang menatapku dengan mata memicing penasaran. "Yee..., malah ngelamun."
Aku nyengir kaku. "Kakak mau ganti baju dulu." Sambil mengusap lengan, aku buru-buru bangkit dan sedikit berlari kecil menuju kamar.
***
Setelah berganti pakaian. Aku melangkah menuju dapur. Mengambil gelas dan menuang air putih ke dalamnya, lalu beralih membuka lemari es dan mengambil jeruk.
Kubawa semuanya dalam dua genggaman tangan dan berjalan santai menuju ruang keluarga. Mungkin aku harus melupakan sejenak tentang hantu pengganggu hidupku itu. Bisa saja, aku tadi hanya berhalusinasi sampai melihat hal yang tak seharusnya bisa kulihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friendly Ghost
ParanormalAku tidak pernah menyangka jika rumah peninggalan orang tuaku, ternyata sudah lebih dulu berpenghuni sebelum kami datang. Aku bukan seorang indigo. Apalagi memiliki kemampuan sixth sense. Tapi entah kenapa, aku justru bisa melihat dia, Hantu seorang...