Kencan?

680 83 0
                                    

"Hai, Jisung."

"Eh, eh, hai, Kak Jeno!"

Senyum Jeno merekah indah membuat wajahnya yang tampan dan segar semakin terlihat menawan, seketika Jisung jadi salah tingkah. Pipinya memanas dan gelagatnya seperti pemalu yang selama ini Jeno kenal, hal itu membuat Jeno tertawa geli dan memilih duduk di seberang meja Jisung.

"Kebetulan banget ketemu di sini." Jeno memperhatikan ekspresi Jisung yang berubah-ubah antara terkejut dan senang, badannya terlihat kaku namun juga antusias.

Terlepas Jisung merasa aneh dengan keberadaan Jeno dan bagaimana pria itu menyapanya, ia sangat bahagia. Baru tadi siang Jisung galau karena Kak Jeno cuti liburan, tapi sekarang pria itu sudah duduk di depannya dengan penampilan super tampan yang memperlihatkan keindahannya. Seperti model majalah, jika Jisung boleh bilang.

"Em... Kak Jeno udah makan? Mau Jisung pesenin sesuatu? Di sini ada kwetiau enak, ada teh susu yang terkenal juga. Kak Jeno mau?" tawarnya dengan antusias.

Kepala Jeno bergerak ke kanan dan ke kiri, menggeleng pelan, "Gue di sini cuma mau liat-liat dan udah nyobain lumpia Semarang, kebetulan ketemu sama lu. Lu juga ngapain main sejauh ini? Nggak pulang?" tanya Jeno heran.

"Jisung sedih Kak Jeno cuti mendadak, Kakak nggak tau ya? Jisung, tuh, kangen banget sama Kakak... tapi karena Kakak nggak ada, yaudah, Jisung menggalau aja yang jauh biar nggak kangen terus." Bibir tebal itu sedikit cemberut.

Penjelasan Jisung membuat raut wajah Jeno berubah, helaan napasnya terdengar lembut, "Sebenarnya juga gue capek menghindari elu, Ji. Makanya gue pengin liburan biar nggak merasa bersalah terus, eh malah ketemu sama lu di sini." Jeno mengusap bawah bibirnya dengan lelah.

Mendengar itu Jisung terkejut, "Maksudnya gimana? Kak Jeno sengaja cuti buat menghindari Jisung? Biar nggak ketemu lagi, gitu, Kak?" Mata Jisung yang kecil pun terbuka lebar, ada secercah ekspresi kecewa di wajahnya yang tampan, "Kenapa sampai begitu, Kak? Jisung salah taruh perasaan ke Kak Jeno? Jisung rasa enggak." Tanpa sadar Jisung meraih tangan Jeno dan menggenggamnya erat.

"Jisung."

Pemuda itu menggeleng pelan, "Nggak perlu dijelasin lagi, Kak. Tapi Jisung mau ngomong, agak panjaaaang. Kak Jeno mau dengerin?" Jisung mengusapkan ibu jarinya ke punggung tangan Jeno yang ia genggam.

Jeno mengangguk, "Silakan."

"Waktu Jisung baru masuk SMA, kita ketemu di sekolah Jisung, dan selama itulah Jisung suka sama Kak Jeno. Hampir delapan tahun, Kak. Dari Jisung umur 14 tahun dan Kak Jeno... 20an. Meski lama nggak ketemu lagi, tapi Jisung selalu ingat Kak Jeno, termasuk Kak Jeno suka makan jelly kalau lagi stres dan glazed doughnut kalau lagi nggak mood ngapa-ngapain. Selama seminggu Kak Jeno promosi di sekolah Jisung, itu cukup buat Jisung tau beberapa hal tentang Kak Jeno. Karena itu, sekarang Jisung pengin kenal Kakak lebih dalam. Kak, tolong kasih Jisung kesempatan. Boleh?" Tatapan mata Jisung begitu serius, tangannya menggenggam lembut tangan Jeno.

Di depannya, Jeno terdiam hampir tidak berkutik. Ia bisa melihat keseriusan dalam perkataan dan juga sikap Jisung yang benar-benar sabar menunggunya, sabar dalam menghadapi emosinya, dan tenang ketika Jeno sedang dalam mood yang buruk dan kelepasan marah. Bukan hanya waktu dan perhatian, Jisung tidak segan memberikannya makanan yang kebetulan selalu masuk ke selera lidah Jeno, membuat moodnya jauh lebih baik.

Dengan perlahan Jeno melepaskan genggaman tangan Jisung, ia menepuk punggung tangan pria yang lebih muda beberapa kali, senyumnya lembut.

"Jisung, sekali lagi gue minta maaf ya." Sebelum Jisung bisa membalas, Jeno menatapnya intens, lalu ia melanjutkan perkataannya, "Lu pasti kenal Renjun, lu sering liat dia makan di kantin berdua sama gue. Tau?" Di hadapannya Jisung mengangguk, Jeno menarik napas dalam, "Dia, awalnya bukan temen gue. Bukan siapa-siapa gue, dia suka sama gue sejak kita masuk SMA, sama kaya lu suka gue. Kalian sama-sama naksir gue lama, bertahun-tahun, tapi gue nggak tau mesti gimana ke kalian. Gue udah bilang ke Renjun untuk berhenti, jadi gue akan bilang hal yang sama ke lu. Please, berhenti ya?" Jeno memiliki senyum lelah di wajahnya, ia tampak sangat bingung dan hilang.

Jodoh di Tangan TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang