"Ahh..."
Segalanya terasa seperti surga kecil di tepian neraka, mata Jisung sayu untuk sekadar melihat, namun ia mencoba fokus memandangi kejantanannya yang dibalut kepalan tangan Jeno.
Pernyataan Jeno mengenai ukuran penis Jisung masih membuat pria yang lebih muda malu, tetapi tangan Jeno tidak ragu untuk menekan dan meremat batang kejantanannya dari balik celana dalam. Tubuh mereka berdua menempel dengan lengan kiri Jisung mendekap punggung Jeno dan tubuh Jeno yang berbaring miring ke arahnya, sementara tangan Jeno menyelinap masuk ke celana dalam Jisung dan menggenggam batang penisnya yang tegang. Ibu jarinya mengusap kepala penis Jisung yang sudah basah oleh cairan bening sebelum mengeluarkan kejantanannya dari celana, yang tentu saja, membuat Jisung sedikit terlonjak kaget dan sedikit malu.
Fokus mata Jeno jatuh pada batang penis Jisung, kepalan tangannya bergerak turun ke pangkal penis, memperlihatkan kepala kejantanan Jisung yang merah muda dan basah. Penis Jisung terasa panas dan berdenyut cepat, setiap sentuhan selalu menghasilkan denyut lembut yang membuatnya candu.
Jeno mendongak sedikit untuk menatap mata Jisung, "Kontol lu cakep, Ji."
"Kak, please."
"Beneran, Ji. Ukurannya gede, panjang gini sampai tangan gue nggak cukup, bersih, kepalanya juga merah cakep gitu." Jeno mengocok lembut batang penis Jisung, sesekali meremasnya kuat untuk memanjakan nafsu Jisung. "Bulunya nggak lebat, lu pasti rajin bersih-bersih," ujar Jeno semakin berani.
"Ohh, Kak! Jangan ngomong uhh..."
"Pelernya gemuk banget, kayanya beda sama punya gue." Telapak tangan Jeno berpindah menyentuh buah zakar Jisung, meremas dan menggenggamnya sedikit kuat hingga sang empunya mengerang tidak karuan.
Tangan Jeno kembali memanjakan batang penis Jisung, mengocok dan meremasnya kuat, sesekali ibu jarinya bermain di kepala penis yang kini mengucurkan beberapa tetes cairan pra-ejakulasi. Bibir tebal Jisung terbuka kecil, mengalirkan desahan dan erangan samar. Semakin cepat kocokan tangan Jeno dalam memanja batang penisnya, semakin keras suara Jisung menggema.
"Lama banget, Ji. Kok nggak keluar-keluar?" tanya Jeno heran.
Jisung menutup wajahnya dengan telapak tangan kanan, "Sebentar lagi, Kak... inihh Jisung pengin keluar..." Suaranya yang berat melenguh nikmat.
Jeno kembali meremas dan memanjakan penis Jisung, mengocoknya dengan beberapa ritme dari cepat ke lambat dan kembali cepat, sesekali ia menusukkan kukunya pada lubang kencing Jisung hingga tubuh prianya meremang dengan pinggul terangkat nikmat. Pergerakan tangan Jeno di bawah sana semakin cepat dan bernafsu, sementara erangan Jisung semakin berat dan serak, kemudian tubuh Jisung menegang dan pinggulnya terangkat di udara.
Cairan putih kental menyemprot tinggi, membasahi celana dan pahanya sendiri.
Jeno terus menggerakkan tangannya, sesekali ia menggesekkan hidung bangirnya di dada Jisung. Tingkahnya entah mengapa berubah menjadi manja dan lebih menempel, membuat Jisung gelagapan di tengah kenikmatannya akan pelepasannya malam ini. Jisung berusaha berbalik meski tangan kiri Jeno masih menggenggam erat pangkal penisnya, ia mencoba menatap wajah Jeno.
"Kenapa, Kak?" Jisung sedikit panik, ia takut Jeno tidak menyukainya lagi.
Pria yang lebih tua itu memandangi penis Jisung yang masih tegang di genggaman tangannya, "Pengin cicipin, Ji." Bisikannya lembut dan terdengar penuh harap.
"Kak? Maksudnya... maksudnya Kakak pengin jilatin kontol Jisung?"
"Boleh?"
Nikmat mana lagi yang kau dustakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh di Tangan Tuhan
RomanceBerusia 28 tahun dan belum pernah berpacaran menyebabkan Jeno kehilangan minat untuk menjalin kasih dengan siapa pun, tetapi tiba-tiba saja perjanjian pra-nikah antara keluarganya dan Keluarga Bratadikara datang secara mendadak. "Kayaknya dia suka b...