Pemandangan pohon pisang dan sawah mulai terlihat hampir di sepanjang jalan yang tidak terlalu ramai, beberapa tempat pariwisata terlewati dalam diam, orang-orang yang tadinya beristirahat sejenak dari nyanyian dan celotehan kini sibuk melihat hijaunya persawahan dan kebun-kebun warga. Ketika mobil semakin menanjak ke atas daerah perbukitan dan melewati batas Cileungsi, para penumpang bersiap untuk duduk tegak dan menantikan tiba di daerah puncak di mana vila milik keluarga Jaemin dibangun.
Bersandar nyaman di kursinya, mata Jeno fokus pada layar ponsel.
Tanpa berhenti memandangi jalan demi keselamatan, Jaemin bertanya, "Jisung udah otw bandara?" Ia teringat Jisung ada keberangkatan jam satu siang nanti, artinya pria yang lebih muda harus sudah berada di bandara untuk mempersiapkan tiket, meletakkan koper, dan bersiap menunggu keberangkatan pesawatnya.
Pria dengan senyum mata bulan sabit itu menggeleng pelan, "Katanya baru sampai kantor, berangkat bareng rekan kerjanya sekitar jam sebelasan siang ini," balasnya santai.
"Nggak telat itu?"
"Nggak tau, tuh, Sabtu biasanya nggak terlalu rame. Palingan ngantre di bandaranya, biasalah weekend, banyak orang bepergian keluar kota."
Barisan kursi kedua sepi karena para wanita sibuk dengan ponsel masing-masing, Lia yang menghubungi kekasihnya, Minju yang sibuk menggeser layar dan menonton film pendek, dan Karina yang dengan bosannya melihat-lihat hasil foto mereka di sepanjang jalan menuju Jonggol.
Di kursi paling belakang, Donghyuck awalnya fokus mendengarkan musik dengan earphonenya, namun kemudian ia melihat Renjun yang juga sibuk sendiri.
Melepaskan sebelah earphonenya, Donghyuck sedikit mencondongkan tubuh ke arah Renjun, "Ren, lu lagi chattan sama siapa?" tanyanya iseng.
"Nih, sama pak bos. Bosen banget gue dicecer kerjaan, kan, gue pengin libur."
"Dari dulu lu jodohnya kerjaan ya haha."
"Amit-amit ya Tuhan, jangan sampai!"
Donghyuck kembali bersandar nyaman di kursinya, lalu mematikan musik untuk fokus memandang ke luar jendela. Pria dengan bibir berbentuk seperti hati itu setengah bersedekap, tubuhnya sedikit condong ke arah Renjun, "Gue pengin nanya," ujarnya dengan suara yang terkesan pelan dan hati-hati, kemudian kepalanya menoleh pada Renjun yang mengalihkan pandangan dari ponselnya. Donghyuck menatap wajah Renjun tanpa ekspresi, "Sebenarnya lu ikhlas nggak, sih, Jeno sama Jisung?" Ini pertanyaan yang sensitif, siapa pun di sekitar mereka tahu betapa dalam perasaan Renjun terhadap pria istimewa tersebut.
Senyum tenang hadir di bibir sang pria keturunan China, "Menurut lu gimana?" ujarnya, balik bertanya.
"Gue nanya karena gue merasa ada yang ganjel aja, lagian juga gue lihatnya lu yang paling cocok sama Jeno." Kepala Donghyuck mengangguk beberapa kali seakan membenarkan perkataannya sendiri, "Jisung masih terlalu muda buat Jeno, kalau gue masih naksir Jeno, gue pasti pasang badan." Kedua bahunya terangkat sekilas.
Mengerutkan kedua alisnya, Renjun menjawab, "Gue udah pasang badan, gue udah coba lakuin apa aja. Namanya juga bukan jodoh, Hyuck. Mau diusahain gimanapun juga nggak bakal bisa, kaya lu, lu juga nggak semena-mena maksa Jeno, kan?" Itu adalah kisah lama semasa sekolah yang benar-benar berantakan di antara mereka, namun juga menyatukan mereka semua dalam hubungan yang lebih baik. Mulai dari Donghyuck yang mendekati Jeno lebih dulu dan Jaemin menjadi penghalang besar di balik dinding bernama sepupu pelindung Jeno, disusul dengan kehadiran Renjun yang tertarik akan pria bermata indah tersebut.
Perasaan mereka tidak lebih buruk, terlebih perlakuan mereka juga sama baiknya. Namun seperti yang Renjun katakan, bahkan dirinya yang bertahan selama ini pun tidak mampu menembus hati seorang Jeno Jayantaka Wirasastra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh di Tangan Tuhan
RomanceBerusia 28 tahun dan belum pernah berpacaran menyebabkan Jeno kehilangan minat untuk menjalin kasih dengan siapa pun, tetapi tiba-tiba saja perjanjian pra-nikah antara keluarganya dan Keluarga Bratadikara datang secara mendadak. "Kayaknya dia suka b...