"Senyum-senyum mulu, Bos."
Sungchan mengembuskan asap nikotin ke udara, raut wajahnya sedikit terheran kala melihat Jisung yang tersenyum setiap kali melihat foto-foto di tangannya.
"Gue abis kencan, jadi malam ini gue mau balapan dua puteran sebelum pulang."
"Widiihhh, ngeri, ngerii!"
Sebelum jam sembilan tiba, Jaehyun sudah menyediakan motor baru untuk Jisung coba. Dikatakan bahwa Taka masih akan menjadi lawan yang diminati dikarenakan tiga hari ini sang racer berkeliaran di sekitar Chenle, membuat suasana hati Jisung lebih baik. Ia sudah mandi dan berganti pakaian, motornya sudah panas dan siap untuk ia bawa kebut-kebutan.
Johnny mengenakan pakaian santai yang membuat sosoknya tampak jauh lebih tinggi, ada rokok di mulutnya, dan caranya berdiri menambah karismanya.
"Mau taruhan berapa, Raha?"
"Seratus lima puluh juta lagi, gue lagi seneng. Kalau kalah yaudah, menang ya Puji Tuhan," jawab Jisung asal.
Uang itu bukan masalah, hanya saja sangat rugi untuk kehilangan tiga ratus juta dalam dua malam.
Motor Jisung meluncur mulus ke arena pinggir laut, ia tepat bersebelahan dengan Taka. Kaca helm ia naikkan, "Apa kabar? Siap kebut-kebutan bareng gue lagi?" Mungkin lawannya tidak melihat, namun ada seringai ganas di bibir Jisung, terlebih matanya yang sipit seperti semakin tajam.
"Siap kalah?"
"Anjing," umpat Jisung.
Ketika bendera diturunkan, kedua motor itu saling mengejar dengan ganasnya, sesekali menyalip berbahaya di beberapa tikungan tajam. Jisung mempercepat laju motornya, ia bahkan serasa melayang ketika motor besar itu berbelok tajam dan mengelak pembatas.
"Yo, kalah lagi."
Kali ini Jisung benar-benar membanting helmnya hingga hancur.
"BAJINGAN!"
Di sebelahnya Taka tertawa ringan, "Gue udah bilang, siap kalah nggak? Kenapa marah, hm?" tanyanya santai.
Jisung mengacak-acak rambutnya, lalu disisir dengan jari ke belakang kepala. Ekspresinya cemberut dan marah, matanya memancarkan emosi yang dalam, "Anjing ya lu, gue rugi tiga ratus juta dalam dua malam. Lain kali lu gue kalahin, ingat itu!" Kemudian Jisung mengendarai motornya kembali ke area belakang pabrik, meninggalkan Taka yang menaikkan kaca helmnya.
"Gue tunggu, kalau lu mampu."
"Lu nggak papa, Ka?"
Taka menoleh, menemukan Chenle dan bawahannya berjalan mendekat.
"Lu capek, kan? Balik hotel aja, gih." Chenle menepuk bahu Taka dua kali.
"Iya, gue mau balik hotel. Besok-besok gue nggak bisa balapan lagi, ngerti?"
"Gampang, semua bisa diatur," balas Chenle sama santainya.
♧
From: Jaemin Kantor Sebelah
07.29Lu mau gue jemput?
Karena kelopak matanya terlalu berat untuk dibuka, akhirnya Jeno memilih untuk menelepon Jaemin.
"Hei?" Suara lembut nan berat Jaemin meluncur mulus ke gendang telinganya.
"Jemput gue agak sorean aja, gue masih pengin keliling cobain makanan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh di Tangan Tuhan
RomanceBerusia 28 tahun dan belum pernah berpacaran menyebabkan Jeno kehilangan minat untuk menjalin kasih dengan siapa pun, tetapi tiba-tiba saja perjanjian pra-nikah antara keluarganya dan Keluarga Bratadikara datang secara mendadak. "Kayaknya dia suka b...