"Lu udah siapin foto-foto masa kecil kita? Siapa tau dia amnesia." Itu suara Donghyuck
"Udah, bawel banget lu!" Ini adalah suara Jaemin yang menahan jengkel.
"Kok kalian gitu? Harusnya doain Kak Jeno, tuh, sehat-walafiat." Jisung, suaranya berat dan kalang-kabut.
Jeno membuka matanya perlahan, melihat wajah-wajah yang dikenalnya. Satu tangannya bergerak menutupi dahinya sendiri yang sepertinya diperban, "Ah sial, kepala gue sakit banget," gumam Jeno lirih dan lemah.
"Lu amnesia kagak, Jen?"
"Anjing lu, Bang Donghyuck!"
Jeno terkekeh lemah mendengar nada suara kemarahan Jisung, seperti yang ia duga, suatu saat hal ini akan terjadi. Sayangnya ia tidak menduga motornya akan tergelincir di tikungan tajam yang menyebabkan ban motornya terselip hingga menabrak motor Jisung, ia ingat betapa kerasnya tabrakkan malam itu. Jeno mencoba memejamkan matanya lagi karena dari suara Jisung, ia tahu pria yang lebih muda tidak mengalami cacat kaki akibat kecerobohan Jeno.
Elusan lembut di kepalanya memberitahu Jeno bahwa sang Ibu ada di sampingnya, akhirnya Jeno kembali tertidur.
Di sudut ruangan, Renjun tersenyum simpul, "Pangeran kita tidur lagi."
Semua mata menatap wajah Jeno, di mana matanya kembali tertutup rapat. Sang Ibu membenahi posisi tangan Jeno kembali ke sisian tubuhnya, lalu ia berbalik menghadap suaminya, "Jeno nggak papa, dia cuma butuh tidur aja." Kemudian ayah dan ibu Jeno berjalan keluar untuk berdiskusi dengan dokter.
Jisung menghela napas lega, ia mengusap dadanya yang masih naik-turun tidak karuan. Sedangkan Donghyuck dan Jaemin kembali duduk di kursi tunggu setelah bertengkar kecil, menyisakan hanya Jisung dan Renjun di dalam ruang kamar inap Jeno.
Putra bungsu Bratadikara itu duduk di samping ranjang rawat Jeno, tangannya menggenggam tangan Jeno yang diinfus, dikecupnya punggung tangan pujaan hatinya, "Maafin Jisung, Kak."
Mendengar suara yang lirih itu, Renjun membalas, "Ini bukan salah siapa-siapa, Ji."
"Malam itu gue bener-bener kaya kena serangan jantung, kalau aja gue nggak peluk badan Kak Jeno, gue bener-bener bakal kehilangan dia selamanya."
Ditepuknya bahu Jisung beberapa kali untuk menenangkannya, "Terima kasih untuk itu, lu udah nyelametin nyawa Jeno." Renjun memandang wajah Jeno yang tertidur dengan damai, "Lu bener-bener cinta sama dia, kan, Ji?" tanya Renjun.
"Gue rela nukar nyawa gue buat dia, Koh."
Renjun memandang wajah Jeno dengan sendu, "Tolong bahagiain dia, Ji. Meski kadang dia rese dan hobi nguras duit lu, dia berharga banget. Gue pun akan rela nukar nyawa gue buat Jeno, apa pun buat dia." Sekali lagi Renjun menatap Jeno sebelum ia berjalan keluar dari kamar inap berbau obat.
Bibir tebal Jisung mengecupi seluruh tangan Jeno, mulai dari punggung tangan hingga jari-jarinya, "Bangun ya, Kak. Kalau kita balapan lagi, gue bakal dengarin nasihat Bang Jaehyun biar kita tau harinya bagus atau enggak hehe."
♧
Pemulihan untuk kaki Jisung yang terkilir hampir sangat cepat, dalam seminggu ia sudah bisa berjalan tanpa menggunakan penyangga lagi. Di sisi lain, Jeno masih terbaring di ranjang rumah sakit selama dua minggu ini untuk memulihkan tulang kakinya yang bergeser dan kepalanya, terutama bagian dahi, yang mengalami cedera cukup serius. Bukan hanya itu, pemulihan untuk trauma dan bekas jahitan akibat robekan dari benda tajam, entah karena terseret di aspal atau dari benturan keras pembatas jalan, di sepanjang bagian tengkuk hingga punggung bawah berlangsung cukup lambat dan menyebabkan Jeno sering mengeluh sakit serta tidak nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh di Tangan Tuhan
RomanceBerusia 28 tahun dan belum pernah berpacaran menyebabkan Jeno kehilangan minat untuk menjalin kasih dengan siapa pun, tetapi tiba-tiba saja perjanjian pra-nikah antara keluarganya dan Keluarga Bratadikara datang secara mendadak. "Kayaknya dia suka b...