Dalam waktu beberapa minggu, akhirnya Jisung dan keluarga besarnya datang ke rumah Keluarga Wirasastra. Mereka berdiskusi serius mengenai pertunangan Jisung dan Jeno, penentuan tukar cincin pertunangan sampai ke jenjang pernikahan. Minggu-minggu sibuk tersebut berlalu dengan bantuan ibu masing-masing, sementara kedua anak mereka yang akan bertunangan justru sibuk bekerja sampai malam.
"HAH?!" teriak tiga suara berbeda.
Dengan santai Jeno menenggak susu jahenya, hari telah larut malam ketika ia, Jaemin, Renjun, dan Donghyuck memutuskan untuk nongkrong di warung kopi kompleks perumahan Jeno. Ketiganya sama-sama baru pulang bekerja, masih dengan wajah letih dan bahu pegal, tetapi harus dikejutkan dengan berita pertunangan Jisung dan Jeno.
Raut wajah Donghyuck tampak tenang sejenak, tapi riak di matanya bagaikan badai yang begitu dahsyat. Ia mengusap wajahnya beberapa kali sebelum bersikap seperti biasa, "Lu ... eh, lu beneran pengin tunangan? Maksud gue, kok mendadak aja gitu?" Tangan kanannya meraih pisang goreng dan mulai memakannya dengan ganas.
Di sebelah Jeno, sepasang mata Jaemin memandang lekat wajah Donghyuck sebelum menatap Jeno, "Akhirnya lu tunangan juga, Jen. Mana sama bocil yang dulu lu tolak abis-abisan hahaha." Perasaannya tidak lagi berharga, lagi pula cinta tidak harus memiliki maupun dipaksa. Jaemin tidak terlalu banyak berpikir, ia tertawa tanpa beban dengan seulas senyum tipis.
Bahu Jeno terangkat santai, "Nggak mendadak, Hyuck. Udah dari lama, kan, si Jisung ngajakin gue nikah." Ia mengaduk susu jahenya dengan sendok kecil, "Pas dia ulang tahun, dia ngelamar gue lagi dan gue iyain. Baru deh seminggu kemudian serius, ini gue belum ngomong-ngomong karena sibuk. Harus siapin baju, cincin, seserahan, apalah lain-lain." Jeno mengusap dahinya sekilas, tampak cukup lelah.
"Tunangan juga agak ribet, sih, Jen." Renjun membersihkan mejanya yang terkena tumpahan kopi, jujur saja ia sangat terkejut dengan berita ini. Meski ada senyum kecut di bibirnya, Renjun tidak merasakan banyak kehilangan, ia hanya merasa sedikit kosong sekaligus lega. Setidaknya Renjun bisa merelakan Jeno untuk bersama orang yang pria karismatik itu cintai dan mencintainya.
Jeno mengangguk setuju, "Bener, tunangan tuh ribet. Jisung juga sering kelabakan nyiapin ini-itu, tapi akhirnya yang ngurus ibunya. Kita pake Wedding Organizer, sih. Dari tunangan sampai nikah, syukurlah sejauh ini aman. Karena keluarga Jisung banyak, jadi kita ngundang beberapa temen juga. Kalian mau dateng nggak?" Matanya memandangi temannya satu per satu.
"Gue ikut, sih, pasti." Jaemin mengerlingkan sebelah matanya.
Donghyuck menganggukkan kepalanya dengan malas, "Ikut, elah. Bawa apaan nih kita?" tanyanya sekadar basa-basi.
"Bawa diri aja, calon gue kaya raya kok."
"Gaya lu anjir!"
Renjun tertawa pelan.
Hari semakin malam ketika mereka masih terus bercerita dari satu hal ke hal lainnya. Malam itu Renjun tidak bisa berhenti menatap wajah Jeno yang terlihat sangat semringah, ia mencoba memikirkan apa yang telah terjadi belakangan ini di antara mereka semua. Dalam ketenangannya yang menyakitkan, Renjun mencoba merayakan pertunangan Jeno yang akan diadakan satu minggu lagi, tepat di awal bulan Maret di mana Renjun dilahirkan ke dunia.
Tangan Renjun terkepal erat, lalu ia lepaskan sambil menghela napas.
Di antara suara tawa dan celotehan, Renjun memilih untuk menikmati malam sambil memakan pisang goreng yang dibeli Donghyuck.
Sekitar jam sebelas malam, Jeno dan teman-temannya hendak pulang.
Jaemin akan mengantar Jeno sebelum pulang ke rumahnya sendiri, ia melihat Donghyuck dan Renjun belum beranjak dari tempat mereka duduk. Alisnya bertaut heran, "Kalian nggak pulang?" Di sebelahnya, Jeno juga terlihat heran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh di Tangan Tuhan
RomanceBerusia 28 tahun dan belum pernah berpacaran menyebabkan Jeno kehilangan minat untuk menjalin kasih dengan siapa pun, tetapi tiba-tiba saja perjanjian pra-nikah antara keluarganya dan Keluarga Bratadikara datang secara mendadak. "Kayaknya dia suka b...