07

314 25 8
                                    


   Mashiro masuk ke dalam ruang dance, matanya menyusuri sekeliling, melihat ke arah anak-anak yang sudah berkumpul sambil berbincang. Di dalam ruangan ini, ada terdapat susunan kursi yang memanjang sebanyak tiga baris, dengan satu kursi tunggal berhadapan dengan susunan kursi yang memanjang itu. Ruangannya cukup besar, bila melangkah ke sebelah kiri, tepat tidak jauh dari susunan kursi itu—ada dua bilik, yang kanan kamar mandi wanita dan yang kiri untuk Pria.

  Biasanya, kamar mandi itulah yang digunakan untuk berganti pakaian. Motonori mengeluarkan kaos yang ia bawa dari dalam tas, ia benar-benar menghindari anak-anak pendahulu yang diam-diam curi pandang padannya. Lima belas menit lagi, dance akan segara dimulai tapi, anak-anak lainnya masih belum banyak yang datang—terlihat hanya beberapa yang ada di ruangan ini.

  Mashiro melangkah meninggalkan tempat duduknya, ia bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Mengganti bajunya dengan cepat, setelah selesai ia langsung kembali dan duduk dengan tenang kendati perasaannya bertolak belakang. Kepalanya langsung menoleh ke arah pintu, Risa dan Fee masuk bersamaan—bukan hanya mereka berdua, ada tiga laki-laki, ada yang membawa kardus minuman, ada juga yang membawa laptop.

"Udah datang semua ini? Ayo langsung ke dalam, kita mulai perkenalan, baru latihan," pungkas Fee, tangannya bertepuk sebanyak dua kali.

  Mashiro sempat terdiam saat didengarnya, perkenalan, Mashiro paling tidak suka sesi yang ini. Ia melangkah mengikuti anak lainnya yang rupanya menuju pintu kaca, pantas saja anak-anak yang datang terasa sedikit karena mereka sudah lebih dahulu berada di ruang pelatihan. Kedatangan Risa dan Fee disambut antusias, para pemain lama baris membelakangi kaca, sementara pemain baru tepat berhadapan dengan pemain lama.

  Sementara Risa dan Fee, kedua gadis itu berdiri di tengah-tengah. Sembari memperkenalkan diri mereka masing-masing, satu per satu memperkenalkan diri mereka tidak ketinggalan dengan alamat sekaligus asal kelas. Kini jantung Mashiro semakin membeludak, diliriknya orang di samping Mashiro sudah memperkenalkan namanya.
 
  Dan sekarang justru Mashiro tidak siap dengan sesi perkenalan ini, Mashiro menelan ludah, semua orang sudah menatapnya dengan intens namun juga dengan rasa penasaran. Mashiro berusaha menenangkan dirinya, ia berusaha menetralkan rasa dalam dadanya agar serangan panik tidak menguasai dirinya. Mashiro menarik sedikit sudut bibirnya.

"Perkenalkan, MASHIRO," ucap Mashiro, singkat tanpa menyebut asal kelas, hobi, cita-cita dan bahkan alamat rumah, lagi pula sudah tertera semua lampiran informasi data diri di formulir pendaftaran dan surat izin.

"Okeh! Selanjutnya!" Fee membuka suara setelah sempat terdiam dan canggung, bahkan beberapa dari mereka sudah berbisik-bisik tak mengenakkan.

  Sesi perkenalan kembali dilakukan, tersisa empat orang, sekarang rasa deg-degan sudah menghilang secepat hembusan angin. Mashiro mulai tenang meski perkenalan tadi mungkin dianggap kurang adil karena hanya dirinya yang memperkenalkan diri tanpa menyebut embel-embel lainnya. Sesi perkenalan berakhir, anak-anak pemula langsung dimintai berbaris sesuai arahan—untuk melakukan pemanasan.

  Selanjutnya, seperti selayaknya latihan. Mulai dari pemilihan pemain utama sebuah tarian sampai memilih bagian cadangan, kalau pun ada perbandingan—tujuan latihan tetap sama, bukan berarti pemain utama adalah salah satu member yang paling berpotensi, bukan begitu. Tujuan dibuat cadangan dan utama, bagian cadangan atau backup—mereka pemain pengisi sisi, belakang dan samping.

  Mashiro, kebetulan mendapatkan pemain utama, dimana gerakannya cukup menantang dengan music yang sulit ditebak melodinya. Bahkan, untuk menyeimbangkan gerakan cepat sesuai ritme amat sulit diikuti, namun, inilah sebenarnya jiwa Mashiro—di sinilah ia hidup. Bagi Mashiro menari adalah sebuah kesenangan, kendati terkadang tidak dianggap sebagai sebuah bakat. Meski begitu, tidak ada satu pun yang harus menghentikan langkahnya, ini sebuah pilihan.

MASHIRO | OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang